Selamat Datang di Website blogger Jhon Demos Silalahi

3 Jan 2013

Canggihnya Tembok Virtual di Perbatasan AS

Menyerupai batu, alat ini mampu mendeteksi para pendatang haram.

 Amerika Serikat menanggapi isu keamanan perbatasan dengan serius. Berbagai cara dilakukan untuk mencegah pendatang ilegal dan penyelundupan narkoba dari Meksiko masuk  ke Amerika Serikat.

Selain memasang pagar dan tembok, ditambah dengan petugas patroli, AS juga menempatkan tembok virtual berupa sensor canggih yang mampu mendeteksi gerakan pendatang haram dan secara otomatis mengirimkan bantuan ke lokasi.
Seperti dibeberkan BBC pekan ini, alat sensor tersebut disamarkan menyerupai batu yang dapat mengeluarkan radar gerak. Batu-batu sensor ini diletakkan di perbatasan yang jauh dari pengawasan petugas.

Menurut pemerintah AS, terdapat 7.500 sensor yang diletakkan antara tahun 2003 dan 2007. Sensor yang dinamakan Unattended Ground Sensors (UGS) ini akan mengirimkan sinyal ke menara pengawas jika ada gerakan mencurigakan.

Dalam hitungan detik, menara akan mengirimkan pesawat nirawak yang dinamakan "desert phantoms" untuk menyisir lokasi. Pesawat ini mampu mendeteksi orang-orang atau kendaraan dari ketinggian hingga 6.000 meter.
Pesawat ini juga dilengkapi tujuh kamera, sensor infra merah dan zoom. Pesawat seharga Rp190 miliar ini juga patroli di langit-langi Arizona, Florida, Texas dan North Dakota.

Tapi bukannya tanpa masalah. Sistem dinding virtual tersebut kadang salah membedakan antara gerakan manusia dan pohon yang tertiup angin. Sensor yang bermasalah juga terkadang terlalu lambat dalam mengirimkan informasi. Selain itu, sistem yang menghabiskan biaya Rp9,5 triliun tersebut dinilai terlalu mahal karena hanya mencakup wilayah seluas 85km.

Kendati demikian, pemerintah AS tetap akan menggunakannya, malah akan menambah investasi di bidang ini sebesar Rp1,5 triliun untuk membangun menara tambahan.
"Idenya adalah mengkombinasikan antara infrastruktur fisik seperti tembok dan pagar, dengan teknologi sensor. Jadi kita bisa tahu, apakah penerobos bersenjata atau tidak," kata Mark Borkowski, dari Seksi Perlindungan di Departemen Imigrasi AS.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar