Selamat Datang di Website blogger Jhon Demos Silalahi

2 Jan 2013

Gondang Batak Dan Pemahamannya

Gondang batak, salah satu karya seni musik batak yang sangat kaya dan menjadi kekaguman bagi dunia. Repertoarnya yang beragam memenuhi segala kebutuhan seni yang digunakan untuk beragam kegiatan seperti pada upacara keagamaan, adat dan hiburan.
Modernisasi telah menggempur sendi kebesaran Gondang Batak. Kita hanya bisa melihat alat kesenian itu dimainkan dengan versi modern, repertoar gondang batak yang asli sudah jarang dimunculkan.
Pargonsi, pemain gondang batak muda tidak lagi mementingkan penguasaan ragam gondang batak, karena pada umumnya masyarakat batak lebih menginginkan irama modern seperti nyanyian bahkan dangdut.
Seniman tua gondang batak saat ini di toba pun sudah jarang memunculkan ragam gondang batak itu karena ketidakmampuan masyarakat mengenalinya.
Saat dimulai pendokumentasian gondang batak, sebagian yang masih diingat nama gondang itu dilakukan pengkajian makna dan pengertian judulnya. Walau agak sulit, akhirnya dapat direka pengertiannya ketika gondang itu dari awal tercipta, dimainkan, diminta dan diaplikasikan pada saat manortor.
Beberapa gondang yang dapat saya simpulkan atas kerjasama dengan para pargonsi, tersusun menjadi narasi singkat untuk memudahkan pemahaman kita akan makna dasar dari gondang itu dibuat dan digunakan.

GONDANG
MULA MULA
Semula Dia sudah ada, dan Dia memulai ada. Ada dunia, jagad raya beserta isinya, Ada bumi dengan manusia bersama mahluk pendampingnya. Dia Mula Jadi, Mula Tempah, mula dari segala sesuatunya yang semuanya harus tunduk kepadaNya.
(Gondang ini umumnya dimainkan saat mengawali acara “mamuhai ulaon” oleh hasuhuton. Sebelum “hasuhuton meminta Mula-Mula, pargonsi lebih dulu memainkan uantaian 7 gondang secara medley yang disebut “sipitulili”)

MULA MULA II (Paidua ni mula2)
Dia diberi anugerah oleh Mula Jadi. Dia diberi kewenangan mengelola bumi untuk pemenuhan kalangsungan hidupnya. Dia memulai karya dan usaha. Dia yang pintar menuturkan sembah “Deak Marujar”. Dia yang pintar menuturkan ilmu pengetahuan “Deak boto-botoan”. Dia yang pertama menghadapi tantangan, kegelisahan, tangis dan gembira. Dia mengajarkan cinta sesama. Dia yang pertama memohon ampun kepada penciptanya. Dia yang pertama menuturkan sembah sujud kepada yang empu-nya, Mula Jadi yang maha besar.
(Deak Parujar adalah Dewi pertama yang menjadi manusia pertama menghuni bumi, begitulah kepercayaan batak dulunya. Dialah yang memohon dan mengkreasi planet earth ini diantara planet-planet yang sudah ada menjadi huniannya setelah memutuskan mmenisah diri dari dunia dewata. Dia adalah memulai selanjutnya untuk kreasi hidup di planet yang dihuni manusia ini)
SIHARUNGGUAN
Jadilah manusia yang dicinta, pintar, bijak dan bestari. Yang memberi pencerahan hingga didekati, yang memberi kehidupan hingga ditemani. Yang memberi tuntunan hingga diikuti. Yang melakukan pembelaan dengan keadilan hingga percayai. Dibelakang, dia ditunggu, didepan dia dikejar, ditengan dia dikerumuni.
(Harungguan, adalah tempat berkumpul. Pekan disebut juga harungguan. Siharungguan artinya yang dikerumuni. Ini merupakan idealismenya pemimpin batak)

SIDABU PETEK
Demokrasi baru muncul di tanah batak. Pemimpin yang dulunya muncul berdasarkan karakter harajaon, pemimpin alam, berobah dengan menjagokan diri dan siap untuk dilakukan voting.
Petek, merupakan koin suara yang dimasukkan kedalam kotak suara dan selanjutnya dihitung. Mulai muncul rasa cemas, menang atau kalah. Butuh kesiapan mental, menerima kedua resiko.
Kalah, harus diterima menjadi kewajaran, walau tidak dapat dipungkiri akan muncul rasa kecewa. Hanya yang berjiwa besar yang dapat menerima kekalahan dan mengakui kemenangan kepada saingannya.
(Berdasarkan pengalaman Panuhari, seorang pargonsi yang ikut pemilihan kepala kampung di salah satu wilayah di Samosir. Dia menggambarkan gejolak antara semangat dan kecemasan mengawali penyertaannya. Fakta, dia harus menerima kekalahan dengan berlapang dada walau diawali dengan rasa kecewa.)

SIBUNGKA PINGKIRAN
Kegagalan akan menimbulkan kekecewaan. Kehilangan akan menimbulkan kesedihan. Larut dalam duka akan menenggelamkan semangat perjuangan.
Selagi masih dapat berpikir, mari memulai. Selagi masih memiliki kaki, mari berdiri. Ayunkan selangkah hingga kamu dapat berlari.
(Sibungka Pingkiran, adalah mengajak manusia untuk tidak tenggelam dalam kegagalan. Mengajak bergerak dinamis dengan mengutamakan kecerdasan, mampu menganalisa dan tepat membuat keputusan.)

HOTANG MULAKULAK
Hidup adalah perjalanan. Ke depan adalah tujuan. Namun dalam menempuh perjalanan itu tak pelak kadang harus melewati awal keberangkatan, meninggalkan, berkeliling. Tanpa disadari, tanpa dilakukan penghitungan, manusia sudah melakukan perjalanan menuju kedepan namun berulang melintasi titik keberangkatan.
(Hotang, adalah rotan yang tumbuh menjalar melalui tanah, ranting pohon lain, membelit berkeliling hingga melilit batang awalnya. Perjalanan jauh kemungkinan besar akan kembali ke asalanya. Hati yang menjauh juga diharapkan akan kembali kepada untaian kasih yang sempat tertinggal dan terabaikan)

ALIT-ALIT
Hidup bagaikan melintasi hutan belantara. Setiap persimpangan harus diingat dan dibuat tanda arah ke tujuan yang akan dicapai. Kelengahan membaca dan mengingat pertanda menentukan arah akan menyesatkan perjalanan, menghabiskan waktu dan melelahkan.
(Alit-alit, diciptakan Aman Jabatan seorang pargonsi dari Samosir berdasarkan pengalamannya yang tersesat dalam perjalanan. Yang seogianya ditempuh dalam 2 jam, dia tersesat selama satu hari.)

BINTANG SIPARIAMA
Bintang Sipariama sudah muncul. Masa panen pun menjelang. Semangat semakin bergelora, dibarengi kesibukan berbagai persiapan. Kebersamaan pun digalang untuk melakukan panen bersama, “siadap ari” bergantian memetik padi. Tidak ada guna rebutan jadwal, karena kematangan padi yang menentukan. Kegentingan hidup selama “haleon” pacekelik mencair, seraya mengucap syukur kepada Maha Kasih.
(Bintang Pari, adalah pertanda dalam hitungan bulan batak “sipahatolu”. Pada saat itu musim panen mulai marak di Toba. Bila tidak memiliki hasil panen pada bulan ini disebutkan kelaparan di musim panen “anturaparon di sipahatolu, atau anturaparon di sipariama. Biasanya dilontarkan kepada yang malas bekerja dan selalu mengemis menyambung hidup.)

BINTANG NAPURASA
Gemerlap cahaya bintang napurasa akan memerikan keindahan dalam hiasan langit malam. Gemerlap bintang adalah kodratnya yang hanya bisa dilihat di saat kelam. Gemerlap Bintang Napurasa tidak abadi setiap malam. Bila gemerlap datang dan menghilang ingatlah kepada bintang dilangit. Tak selamanya keinginan menjadi kebutuhan. Tak selamanya kebutuhan diukur dengan gemerlap.
(Bintang Napurasa adalah yang nampah jelas menjelang pagi hari. Kecemerlangan seseorang diibaratkan seperti bintang bersinar terang. Kecemerlangan adalah idaman setiap orang, namun ada sebagian masih dalam harapan sehingga lebih sering menjadi pengagum kecemerlangan orang lain)

HATA SO PISIK
Memikul muatan berat, bila lelah, istirahat adalah kesempatan pemulihan tenaga. Bila beban itu ada dalam pemikiran, adalah mustahil dapat diringankan dengan istirahat fisik, karena akan selalu muncul tak beraturan menjadi beban dalam pemikiran.
Seorang pemimpin kadang harus menyimpan rahasia yang tidak dipublikasikan kepada masyarakat untuk mencegah konflik.
(Gondang ini terinspirasi oleh Sisingamangaraja I ketika menerima amanah dari Raja Uti untuk tidak menyebutkan wujud fisik beliau. Tanda dari perjanjian itu kepada Sisingamangaraja I diberi tabutabu siratapullang, sian i ro tusi sumuang molo diose padan. Di tengah perjalanan saat Sisingamangaraja istirahat, beliau terkenang dan dalam hati menyebut wujud dari raja Uti. Beliau terkejut, dan tabutabu sitarapullang pun menghilang. Gondang ini lajim dipinta oleh para Raja untuk mengenang beban tugas mereka dan banyaknya rahasia yang harus dipendam namun harus diselesaikan dengan bijaksana. Irama gondang ini sangat beda dengan gondang “Marhusip” yang sering disebut selama ini Hata So Pisik.)

ALING-ALING SAHALA
Para Raja di kalangan Batak tempo dulu sangat menjaga etika moral, hukum dan adat istiadat. Kapasitasnya dalam menegakkan kebenaran di masyarakat adalah wujud dari kehormatan (hasangapon) dan menjunjung kewibawaan (sahala) pada diri mereka.
Bila nilai tak dapat dipertahankan maka “sahala” (karisma) akan ambruk. Ibarat tanduk yang tercabut dari kepala. Penyesalan tiada guna.
Para Raja Batak dulu mengalami degradasi dengan masuknya peradaban modern melalui penjajahan dan missi agama. Kewibawaan mereka dicabut, perilaku mereka dipandang sesat. Keturunan mereka satu persatu mulai menjauh.
Duka dihatinya tak ditangiskan. Keterpurukan wibawanya bukan karena kesalahan. Sahala mereka mulai menjauh. Mereka berseru melalui gerakan tari diiringi irama; “Mengapa ini harus terjadi?.
(Aling-aling Sahala, diartikan sebagai mengenang/memanggil kembali karisma diri mereka yang hilang dan permohonan maaf kepada Pencipta yang memberikan derajat kehormatan itu (dulu) kepada mereka.)

RAMBU PINUNGU
Kehidupan penuh dengan keanekaragaman. Manusia memiliki pahala masing-masing dan sifat berbeda dalam menjalankan kehidupannya. Bagi seorang pemimpin adalah pekerjaan penuh kecermatan dalam mempersatukan masing-masing perbedaan karakter manusia. Mereka butuh kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan untuk mampu mengemban tugas mulia, mempersatukan derap langkah masyarakat dalam kedamaian, kerukunan dan ketaatan dalam hukum.
(Rambu, adalah untaian pada ujung ulos. Pinungu, artinya dihimpun. Para raja dikalangan batak biasanya menggunakan “talitali” ikat kepala lambang kebesaran yang disebut “tumtuman”. Dari kain hitam yang kedua diujungnya ada rambu warna merah.)

BINDU MATOGA
Aku tanpa kamu tidak berarti. Kamu tanpa aku apakah ada arti? Kamu, aku dan dia adalah kita. Kita bersama memadu pikir demi kepentingan kita dan mereka. Hidup kita bangun, semangat kita galang, setiap sisi kita hempang dari serangan. Selamatkan jiwa dari tindakan buruk orang yang tidak sejalan. Lindungi diri dari serangan penyakit yang membahayakan. Lakukan kajian dimana sisi lemah yang dapat menghancurkan.
Kita adalah sama. Karena bersama kita tegar “toga”. Dalan semua sudut, sisi, waktu, kita catat dalam “bindu” halaman kerja, apa yang sudah kita buat dan apa yang masih perlu dilakukan tindakan. Semua demi keutuhan dan kebersamaan.
(Bindu Matoga. Digambarkan dengan garis segi empat bertajuk delapan sesuai dengan mata angin. Digambarkan sebagai penguasaan semua system alam dengan mencegah hal buruk yang dapat merusak keutuhan dan kesehatan. Nujum bindu matoga sering dilakukan peramal untuk mengetahui dari mana kemungkinan datangnya musuh, penyakit apa yang mungkin muncul. Tindakan apa yang harus dilakukan mengatasi masalah demi kesejahteraan masyarakat.)

SIDOLI NATIHAL
Masa muda bagi seorang pria penuh dengan gairah. Mulai memasuki area kompetisi menunjukkan eksistensi seorang perjaka. Mereka berekspresi penuh dengan tingkah polah untuk mendapat perhatian publik dan lawan jenisnya. Dengan dorongan sifat dinamis untuk mendapat pengakuan. Kadang, mereka salah dalam tingkah laku kemudaannya.
(Biasanya diperdengarkan saat Gondang Naposo dimana para pria menari menunjukkan kebolehannya penuh dengan gaya.)

TANDUK NI HORBO PAUNG
Seseorang yang memiliki kehormatan, adalah yang memegang teguh etika moral dan taat hukum. Dia terkontrol oleh penghormatan kepada dirinya itu dalam semua sikap dan perilakunya. Rambu ini membatasi kebebasan dirinya dalam setiap kesempatan, ibarat kerbau yang bertanduk panjang menjalani lorong sempit. Lolos dalam perjalanan yang penuh tantangan dan godaan adalah kemenangan baginya.
(Nama gondang ini dulunya disebut juga PARDALAN NI HORBO SISAPANG NAUALU. Seekor kerbau yang bentang tanduknya panjang sekitar satu meter. Lorong sempit yang disebut balubu atau bahal adalah lintasan segala ternak ke perkampungan. Kerbau itu kadang kesulitan akibat sempitnya lorong atau adanya dahan yang menjorok ke bahal.)

LILIT TU METER
Kecerdasan dan intelektual Batak sudah teruji sejak jaman dahulu kala. Pertanda dari kecerdasan mereka itu dapat kita lihat dengan bangunan rumah adat, gorga dan ulos. Mereka melakukan pengukuran dengan istilah “suhat” untuk panjang dan tinggi “lilit” untuk mengukur lingkaran.
Dengan datangnya alat ukur “meter” mereka semakin terbekali dan mendapatkan keseragaman ukuran. Ketika meter kayu digunakan, mereka kebingungan saat mengukur diameter karena tidak dapat melilit seperti kebiasaan mereka. Hingga mereka melakukan ukuran kepada tali kemudian mereka melakukan pengukuran dengan melilit.
Apa yang mereka hasilkan hanya dengan pengukuran “suhat” dan “lilit”? Apa perbedaan setelah menggunakan meter? Semua konstruksi, petakan sawah, saluran irigasi, planologi perkampungan yang mereka ciptakan sebelum mengenal meter saat ini masih abadi.
(Pendidikan modern hanya penambahan bekal intelektual mereka. Ini membuktikan bahwa mereka mampu beradaptasi dengan perkembangan tanpa harus menyebut mereka “bodoh, tertinggal, primitive” sebelum pendidikan formal hadir.)

TUKTUK HOLING
Beragam lambang kebanggaan manusia sejak muda hingga tua. Orang tua batak biasanya makan sirih. Bila gigi sudah makin lemah hati mengeluh, mereka butuh alat penumbuk sirih. Alat penumbuk dikenal setelah datangnya logam yang dibuat khusus menumbuk sirih. Kadang alat penumbuk itu dibuat beragam variasi yang indah dengan material tembaga dan perak. Ada juga yang menempahkan dengan lilitan penghias dari emas. Mereka membanggakan peralatan itu layaknya seperti perhiasan.
Alat penumbuknya dibuat dari besi tembaga keras yang kelak menghentak keras bagaikan patukan burung berparuh besi.
(Tutuk Holing, adalah nama burung yang berparuh keras yang dapat melobangi batang kayu keras untuk membuat sarang dan dan mencari makanan.) 

PARSOLUBOLON
Hidup adalah perjuangan. Perjuangan tidak luput dari tantangan. Kebersamaan adalah pengumpulan kekuatan. Kesepahaman adalah akselerasi keragaman potensi diri dalam menjalankan misi bersama untuk sampai di tujuan.
(Solubolon, adalah sampan besar yang muat sekitar 12 orang. Parsolubolon adalah mereka yang sedang mengarungi perairan dengan sampan besar itu. Mereka memiliki pedoman dasar “masihilalaan” tenggang rasa. Bila pengendali kemudi tidak pintar, pengayuh akan kewalahan. Sebaliknya bila pengayuh tidak pintar, maka pengayuh lainnya akan kelelahan dan pengemudi akan repot. Akselerasi potensi “parsolubolon” akan mampu menghindari bahaya dari serangan ombak.)

SAPADANG NAUSE
Panganan utama orang batak adalah nasi yang terbuat dari beras berasal dari padi. Bila hasil panen mencukupi bekal satu tahun maka kekhawatiran pun sirna.
Bila bekal padi tidak mencukupi maka sapadang yang tumbuh liar di ladang pun dipetik.
Tidak ada kata kelaparan bila bijak mengolah hidup. Tidak ada yang hina bila kenyang makan tanpa beras. Ubi dan Sapadang adalah jalan keluar dari kemelut ketersediaan bekal beras yang terbatas.
(Sapadang adalah tumbuhan mirip gandum biasanya tanamn liar. Sapadang Nause adalah bijian yang bernas dan tua yang memberikan semangat bagi yang menemukannya. Sapadang diolah dengan telaten dan dimasak hingga nikmat dimakan sebagai pengganti nasi yang terbuat dari beras. Nause tidak mengandung pengertian “tumpah, berhamburan” tapi “sesak, padat, bernas, keluar dari” dalam kulitnya.)

SEKKIAN TALI MERA
Judi kadang membahagiakan, namun lebih banyak berdampak kesusahan. Senang saat permainan dijalankan, tapi kerugian bila menuai kekalahan. Mereka menghayal akan menang, mengharap mendapat giliran “ceki” penentu kemenangan. Bila kartu penentu warna merah muncul, hentakan kegembiraan muncul.
Pengalaman para penjudi selalu menyimpulkan, lebih besar kesusahan daripada kebahagiaan dari permainan judi. Badan tersiksa, pekerjaan terlantar, harta benda tergadai.
(Bedasarkan pengalaman penjudi kalangan masyarakat Batak jaman dulu yang selalu menghimbau agar terhindar dari ketagihan permainan itu dan bekerja dengan giat adalah yang terbaik.)

TORTOR
Tortor adalah gerakan tubuh mengiringi atau diiringi irama gondang. Pemahaman makna gondang dan untaian irama bagi yang pandai menggerakkan tubuh akan menghasilkan tortor yang indah.
Tortor batak sangat individual, merupakan ritual kehidupan menjadi persembahan kepada publik, lingkungan dan penciptanya. Jelas bukan merupakan hiburan.
Dari gerakan tortor, seseorang dapat melakukan komunikasi dengan publik, misalnya bila seseorang mengangkat tangan dan menunjukkan satu jari tangan kanan dan mengepal jari tangan kiri, artinya dia hanya memiliki seorang putra. Bila seorang penari meletakkan tangan keduanya diatas pundak, artinya semua anaknya dan perilaku anaknya serta kehidupannya masih menjadi beban dan tanggungjawab yang masih dipikul. Bila seorang penari menyilangkan tangan di dada, artinya dia sering menjadi sasaran cemohan, sering mendapat hambatan dan permasalahan lainnya. Bila seorang penari meletakkan kedua telapak tangan diatas kepala, artinya dia mohon perlindungan, belas kasihan dari manusia dan penciptanya.
Bila kedua tangan dirapatkan dipinggang dan telapak tangan dikepal mengarah kebelakan, artinya masih banyak rahasia hidupnya yang belum duberitahukan kepada orang lain.
Bila seseorang penari merentangkan tangan kekiri dan kekanan dengan telapak tangan terbuka kesamping artinya anak-anaknya semua atau sebagian besar sudah sudah mandiri dan menempati ruang yang luas di penjuru desa.
Bila seseorang merentangkan tangan kedepan dengan telapak tangan terbuka dan tangan kiri ditutupkan diperut, artinya menghimbau datangnya rejeki atau bantuan kerjasama untuk keberuntungan kepadanya. Bila tangan kiri rapat didada dan telapak tangan terbuka artinya dia menghimbau dengan tebuka menciptakan persahabatan dan kerukunan.
Bila tangan kanan dijulurkan kedepan dan telapak tangan duarakan juga kedepan serta tangan kiri ditutupkan di dada artinya mohon dihentikan segala perbuatan yang mencemari merugikan kepada dirinya.
Bila kedua tangan diarahkan kedepan dan telapak tangan terbuka keatas serta sering dilipat menutup artinya ajakan mari bersama-sama ajakan kepada semua untuk menari bersama, menjalin persahabatan dan mempererat persaudaraan.
Ini baru sebagian dari apa yang dipahami para ibu tua yang memahami tortor batak.
Pakem tortor batak dan pemaknaannya akan kita ulas kemudian setelah penelitian yang lebih dalam.

KREASI TORTOR DAN GONDANG
Ketika tortor telah menjadi hiburan, para penari dalam pesta adat pun tidak karuan lagi menunjukkan lenggak lenggoknya. Kadang melampaui tata krama tradisi adat batak, tentang kesopanan, kesantunan dan kehormatan. Setelah maraknya musik eropah mengiringi tortor pada pesta adat batak, pakem pun menjadi hilang, pemahaman gondang yang sebenarnya tidak lagi berkembang, bahkan sebaliknya yang terjadi.
Kreasi tortor untuk hiburan diupayakan keseragaman gerak. Ini memang menjadi bagian dalam seni pertunjukan. Generesi muda cenderung hanya melihat tortor hiburan dan tidak pernah lagi menyaksikan tortor yang sebenarnya yang dilakonkan para panortor yang sebenarnya.
Manortor dengan benar kadang dituding kesurupan. Kebodohan menjadi peluru peluru penumpas kebenaran. Tortor batak semakin erosi, seiring dengan hilangnya pemaknaan gondang batak itu.

Pernah (bahkan sampai saat ini) Gondang batak dirtuding sebagai ensambel untuk pemujaan berhala. Alat untuk memanggil roh orang meninggal. Panortor yang sering kesurupan.
Pada jaman Belanda, atas rekomendasi mission, gondang batak dilarang. Kemudian diberi kelonggaran untuk pesta adat dengan perijinan yang ketat. Penerapan ijin ini sempat berlangsung lama hingga masuknya musik barat. Musik barat untuk pesta adat tidak perlu mendapatkan ijin. Pada jaman kemerdekaan, gondang batak justru tersudut karena melanjutkan perlakuan ijin dalam kurun waktu lama.
Begitu dalamnya penistaan terhadap gondang batak, seiring itu pula keengganan orang batak untuk melakukan aksi penggalian nilai gondang batak itu. Banyak yang melakukan penelitian sebatas untuk tesis keilmuan, tapi belum banyak yang menemukan “roh”nya karena dilatarbelakangi refrensi keberhalaan gondang batak itu.

TORTOR DAN ULOS

Tortor, gondang dan ulos adalah padanan dalam seni budaya Batak. Di Tobasa dua tahun terakhir ini menjelang perayaan kemerdekaan RI dilakukan festival tortor Batak.
Pakaian merupakan kriteria yang mempengaruhi penialaian. Kepandaian menari harus dipadankan dengan pemahaman pakaian tradisional, demikian kesimpulan yang ditetapkan para utusan setiap kecamatan dengan dewan juri. Pada festival tortor tahun ini pemenangnya adalah kontingen Kecamatan Sigumpar.
Smansa Balige Parsigumpar� Perguruan Islam Balige
Di Propinsi Sumatera Utara juga diadakan Festival tari tradisional. Tobasa yang diwakili siswa SMA Negeri 1 Balige berhasil mendapat kejuaraan.
Kedua kelompok tari pemenang kejuaraan ini dipagelarkan usai peringatan detik-detik kemerdekaan RI ke 62 di lapangan Sisingamangaraja XII Balige.
Ada dua hal yang kelihatan berbeda diantara penampilan kedua kelompok itu walaupun sama-sama tortor batak dan diiringi gondang Batak.
Juara propinsi itu banyak menyimpang dari kriteria penjurian festival tortor di Tobasa, antara lain keluwesan gerak dan pakaian tradisional. Walau sama-sama ulos batak, tapi penggunaannya berbeda.
Hoba-hoba ulos yang dililitkan di pinggang sampai kaki tidak lajim menggunakan punsa (namarulu). Perempuan toba biasanya pakai selembar lagi ulos dililitkan di dada yang disebut hohop. Tali-tali harus dari ulos dan dililitkan di kepala. Ada satu sebutan kepandaian bagi putra batak yang disebut; “namalo martali-tali”. Lilitan ulos hoba-hoba harus menutup ke kiri. Hindarkan penggunaan ulos bukan Toba, misalnya sadum angkola.
Bandingkan dengan juara propinsi itu. Mereka menggunakan ulos namarulu (punsa) untuk hobahoba dan dililitkan menutup ke kanan. Sampe-sampe adalah sadum angkola. Para penari prianya tidak menggunakan tali-tali, tapi topi melayu.
Beruntung bila para dewan juri di Sumut tidak terlalu terikat kepada penggunaan assesori tepat material dan tepat guna sehingga Tobasa mendapatkan kejuaraan.
Ada yang menarik hati dalam mengisi acara hiburan dari salah satu perguruan Islam di Balige. Mereka menggunakan jilbab dan ulos batak, kreasi tortor-toba dan gondang untuk menghibur penonton. Siapa bilang mereka tidak pandai manortor dan tidak menggunakan ulos? Ternyata musik batak akrab di telinga mereka. Horas generasi muda muslim Tobasa.

Merunut Sejarah Tanah Karo Lautan Api

Suatu hari di Bulan Maret 1946, dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 penduduk mengukir sejarah dengan membakar rumah dan harta benda mereka, meninggalkan kota Bandung menuju pegunungan di selatan. Beberapa tahun kemudian, lagu “Halo-Halo Bandung” ditulis untuk melambangkan emosi mereka, seiring janji akan kembali ke kota tercinta, yang telah menjadi lautan api.
Ini memang menjadi salah satu peristiwa heroik dalam sejarah perjuangan bangsa kita. Namun, perlu kita ketahui juga bahwa ada satu lagi kisah yang serupa dengan ini. Satu kisah perjuangan masyarakat Karo dalam membela Republik Indonesia, yang usianya baru mendekati dua tahun saat itu.
Kisah ini terjadi saat Agresi I Militer Belanda terhadap Republik Indonesia dengan melancarkan serangan ke seluruh sektor pertempuran Medan Area, termasuk Tanah Karo saat itu. Tercatat pada tanggal 1 Agustus 1947, Bupati Tanah Karo Rakkuta Sembiring memindahkan ibu negeri Kabupaten Karo ke Tiga Binanga, setelah tentara Belanda menguasai Kabanjahe dan Berastagi.
Namun sehari sebelum tentara Belanda menduduki Kabanjahe dan Berastagi, oleh pasukan bersenjata kita bersama-sama dengan rakyat telah melaksanakan taktik bumi hangus, sehingga kota Kabanjahe dan Berastagi beserta 51 Desa di Tanah Karo menjadi lautan api. Taktik bumi hangus ini, sungguh merupakan pengorbanan yang luar biasa dari rakyat Karo demi mempertahankan cita-cita luhur kemerdekaan Republik Indonesia. Rakyat dengan sukarela membakar apa saja yang dimiliki termasuk desa dengan segala isinya, termasuk juga semua rumah adat (atap ijuk) yang telah dibangun dengan cara gotong royong, semua menjadi abu dan tidak berbekas.
Melihat begitu besarnya pengorbanan rakyat Karo ini, wakil presiden Drs. Mohammad Hatta menulis surat pujian kepada rakyat Karo dari Bukit Tinggi pada tanggal 1 Januari 1948. Dalam catatan sejarah Kabupaten Tanah Karo di situs resminya juga dikisahkan bahwa wakil presiden Drs. Mohammad Hatta sempat singgah di Berastagi dan bertemu dengan para pejuang Tanah Karo beberapa hari sebelum peristiwa pembumihangusan tersebut, dalam perjalanannya pulang menuju Bukit Tinggi. Adapun surat wakil presiden tersebut selengkapnya sebagai berikut:
Bukittinggi, 1 Januari 1948 “Kepada Rakyat Tanah Karo Yang Kuncintai”. Merdeka!
Dari jauh kami memperhatikan perjuangan Saudara-saudara yang begitu hebat untuk mempertahankan tanah tumpah darah kita yang suci dari serangan musuh. Kami sedih merasakan penderitaan Saudara-saudara yang rumah dan kampung halaman habis terbakar dan musuh melebarkan daerah perampasan secara ganas, sekalipun cease fire sudah diperintahkan oleh Dewan Keamanan UNO.
Tetapi sebaliknya kami merasa bangga dengan rakyat yang begitu sudi berkorban untuk mempertahankan cita-cita kemerdekaan kita.
Saya bangga dengan pemuda Karo yang berjuang membela tanah air sebagai putra Indonesia sejati. Rumah yang terbakar, boleh didirikan kembali, kampung yang hancur dapat dibangun lagi, tetapi kehormatan bangsa kalau hilang susah menimbulkannya. Dan sangat benar pendirian Saudara-saudara, biar habis segala-galanya asal kehormatan bangsa terpelihara dan cita-cita kemerdekaan tetap dibela sampai saat yang penghabisan. Demikian pulalah tekad Rakyat Indonesia seluruhnya. Rakyat yang begitu tekadnya tidak akan tenggelam, malahan pasti akan mencapai kemenangan cita-citanya.
Di atas kampung halaman saudara-saudara yang hangus akan bersinar kemudian cahaya kemerdekaan Indonesia dan akan tumbuh kelak bibit kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Karo, sebagai bagian dari pada Rakyat Indonesia yang satu yang tak dapat dibagi-bagi.
Kami sudahi pujian dan berterima kasih kami kepada Saudara-saudara dengan semboyan kita yang jitu itu: “Sekali Merdeka Tetap Merdeka”. 

Saudaramu, 
MOHAMMAD HATTA

Wakil Presiden Republik Indonesia

Cerita Pendek Orang Batak: Takdirku

“Takdirku” – Hari masih sangat subuh, hujan sisa tadi malam pun masih menetes ketika aku melangkahkan kakiku. Aku mencium aroma hujan yang segar, dinginnya subuh serasa di kampung halamanku, desa Simanullang Toruan. Olahraga jalanpagi seperti ini adalah rutinitas yang sudah ku jalani tiga tahun terakhir. Itu nasihat dokter. Terasa dingin di telapakku ketika menginjak trotoar basah berkerikil itu. Sengaja ku tanggalkan sepatuku dan berjalan perlahan menyusuri jalan yang masih lengang itu. Syal berukuran sedang milik istriku melilit di leher menahan hembusan angin yang menerpa wajah tuaku. Usiaku sudah senja. Enam puluh delapan tahun lebih sedikit. Pun kata orang, aku masih kelihatan sehat dan gesit, sejujurnya beberapa penyakit sedikit demi sedikit, menghinggapi tubuhku. Kata dokter itu karena faktor usia.
Saban pagi, bila tidak hujan, lima kilometer ke depan kujalani sendirian. Kadang istriku menemani. Biasanya di gang ke tujuh dari sini, temanku Pak Sutisna sudah menungguku. Kadang, kami bertiga, anak bungsunya Muis menemaninya. Aku iri melihatnya. Di hari tuanya kini, anaknya dengan setia menemani. “Sudah kewajiban” kata Muis suatu ketika kala menanyakan soal ketekunannya menjaga Pak Sutisna. Di ujung sana ada pasar pagi Subang, yang setiap pagi ramai dikunjungi, membuat jalanan ini macet. Namanya juga pasar tumpah. Disana ada pak Dayan, sama seperti usiaku, sudah senja. Tapi fisiknya lebih kuat daripada ku. Aku tak percaya dia sudah tujuh puluh. Dilihat dari tubuhnya, mungkin masih empat lima. Seorang penjual nasi uduk yang tak pernah absen, kecuali lebaran. Ngobrol dan menikmati sarapan pagi nasi uduk buatanya terasa spesial. Sesekali anaknya yang selalu menemaninya berjualan menimpali obrolan kami. Mereka, sahabat-sahabatku ini selalu memanggilku dengan sebutan Oppung. “Itu sebutan yang sopan untuk seorang kakek-kakek, bukan?” tanya Pak Dayan. Entah darimana dia tahu sebutan itu.
Seperlemparan batu dari tempatku berdiri ini, adalah bengkel tambal ban Las Marohanta. Kurasa, orang batak yang paling rajin di kota kecil ini adalah amaniMarsaulina. Jam empat subuh sudah buka dan tutupnya tak pernah dibawah jam dua belas. Tak habis pikir, berapa jam dia tidur?. Mungkin karena masih muda. Aku teringat masa empat puluh tahun lalu, Perumnas Mandala hingga ke Pasar Sambu masih bisa kujalani. Tetangga amaniMarsaulina sudah hapal betul kebiasaanya itu. Salah satunya adalah menghidupkan musik, hingga tetangga yang berjarak setengah kilo bisa mendengarnya. Dangdut Sunda, Pop, Barat, Lagu Batak, apa saja. Kadang aku tersenyum ketika melewatinya kudengar lagu batak.
cerpen orang batak takdirku
illustrasi: Takdirku, cerpen orang batak
Serasa di Perumnas Mandala, pikirku. Kadang, malam hari amaniMarsaulina mengunjungiku dengan papan caturnya. Dia seorang tetangga yang baik, dari umur, ia lebih cocok dipanggil anak. “Mangapian do iba diangka dongan na marama–saya cemburu lihat orang yang punya bapak” ujarnya. Benar. Umur dua bulan, dia sudah menjadi anak yatim. Kegetiran hidup di bonapasogitlah yang menghantarnya ke pelosok Jawa Barat ini.
Tak terasa sudah di depan bengkelnya. Kulihat amaniMarsaulina mulai membereskan alat kerjanya. Seperti biasa, dia menyapaku, “Oppung, na olah raga do?–Oppung, olah raga?” ujarnya setengah berteriak.
“Olo” jawabku singkat. Aku tertegun ketika mendengar lagu yang diputarnya. Jujur, belum pernah kudengar lagu ini. So marlapatan marende, margondang, marembas hamu, molo dung mate au. Uju dingolungkon ma nian, tupa baen na denggan.
“So jo, ai songon na tabo lagum di manogot on,–Sebentar, lagumu sungguh enak kudengar di pagi hari ini” ujarku
“Hona tu roham lagu i, Oppung?, Putri Silitonga itu, ima lagu Uju di Ngolungkon ma nian, –lagunya mengena di hatimu, Oppung?, penyanyinya Putri Silitonga, judulnya Uju di Ngolungkon ma nian”
“Ah, daong. –Ah tidak–” jawabku pendek.
“Kupinjam lah dulu, Amang, aku ingin mendengarnya di rumah” imbuhku
“Gampanglah itu, nanti malam kuantar ke rumah” jawab amaniMarsaulina
Aku termenung dan syair lagu itu selalu terginang di kepalaku.
Teringat kepada anak-anakku. Jantungku berdegup kencang. Jujurnya, aku tak ingin mengenangnya. Aku selalu mencari kesibukan hanya untuk melupakan semua peristiwa yang menimpa keluargaku.
* * *
Saat bayang-bayang anakku menghinggapi kepalaku, perlahan tekanan darah meninggi. Istriku sudah paham betul penyakitku yang satu ini. Dia sangat kuatir aku mengalami storoke-kelumpuhan, akibat tekanan darah tinggi yang naik. Bukankah stroke ringan sudah pernah kualami?. Lihat lah wajahku sebelah kanan ini, tidak normal buakn?. Masih untung, medis bisa menyelamatkanku dari kelumpuhan, semua berkat doa dan semangat yang diberikan oleh istriku.
“Kenapa harus di pikirkan, sudahlah Pa, inilah suratan tangan kita” ujar istriku lembut seraya menyiapkan jus timun untuk menurunkan tekanan darahku.
“Tak ada niat untuk mengingatnya, tapi ada saja hal yang membuatku terkenang kesana”.
Aku tak habis pikir melihat perlakuan anak-anakku kepadaku. Ke enam anakku mencampakkan diriku. Dikala usiaku sudah senja, hal pahitlah yang kuterima dari mereka. Harus kuterima kenyataan pahit, terusir dari rumah yang kubangun bersama istri pertamaku, ibu mereka. Tak berdaya menghadapi kemauan ke enam anak-anakku. Hal yang tak masuk akal kuperoleh dari mereka.
Apa pernah aku berbuat jahat pada anak-anakku?, tidak!.
Masa itu, keluargaku cukup bahagia. Anak-anakku tumbuh sempurna, sehat dan pintar-pintar. Sekuat tenaga, ku sekolahkan ke enam anakku. Aku salut melihat kegigihan almarhum istri pertamaku. Bila hanya dengan gaji bulanan sebagai seorang pegawai negeri, mana mungkin ke enam anakku bisa lulus dari strata satu. Bahkan seorang diataranya berpendidikan magister. Dia orang yang ulet dan rajin, usaha dagangan kelontongnya ternyata bisa menambah penghasilan ku yang pas-pasan.
Hidup selalu ada dukanya. Itu tak bisa dipungkiri. Ibarat sisi kepingan uang logam, satu duka dan sisi sebelahnya adalah suka. Sangat tipis perbedaanya.
Kematian istriku membuatku jatuh. Benar, jika penyanggah rumah adalah tiang-tiang kokoh, maka tiang kokoh itulah istri. Aku merasakan itu. Dihari tuaku, aku didahului istrikut tercinta menghadap sang halid. Anak-anakku yang sudah dewasa, bahkan beberapa sudah berumahtangga memintaku untuk tidak memikirkan pernikahan lagi. “Toh, ada kami yang merawat bapak, bila bapak sakit” kata Jonggi anaklelakiku paling besar.
“Amang, tak pernah terbersit dalam pikiranku untuk menduakan ibumu” ujarku
“Iya, Pa, kami akan menjaga Bapak” ujar Manaor anak bontotku
Aku tak ingat persis. Bertahun aku hidup menduda. Kehidupan terasa hanpa. Perlahan anak-anakku menjauh dariku. Mereka lebih mementingkan urusan masing-masing. Aku kesepian. Ingin rasanya segera menyusul istriku. Menuntut kepada sang halid untuk mempertemukanku dalam kematian. Apa bedanya orang mati dan orang hidup bila perasaan tersiksa. Aku tak menuntut banyak dari anak-anakku. Tapi merekalah harapanku. Hidup matinya diriku ada pada mereka.
Tuhan, kenapa jadi seperti ini?.
Masak sendiri, cuci baju, makan, dan lainya. Bahkan untuk berobat ke rumah sakit pun kulakukan sendiri. Semua anak-anakku terbuai dalam kegiatan masing-masing. Tak sekali dua kali aku mengingatkan, dan meminta mereka untuk memperhatikan kebutuhanku. “Aku sudah renta, Amang, Boruku, jangan terlalu sering meninggalkanku sendirian dirumah, sepi” pintaku kala itu
“Ah, Bapak, cari kesibukan sendirilah” ujar Halomoan, ketus
“Ikut kegiatan manula di gereja saja, Pa” ujar Rumondang
“Inilah upahku?” aku bertanya pada siriku sendiri.
Menikah bukan untuk kesenangan daging. Tak lebih adalah supaya aku tak hidup dalam kesunyian. Itulah pemahamanku kala itu, ketika kurasakan anak-anakku tak ada yang memberikan perhatiannya padaku. Anak-anakku tidak menerima keputusanku untuka menikah lagi. Aku tak menyangka, kalau pernikahan itu pula awal kehancuran keluarga besar kami. Apa susahnya menerima seseorang yang mampu dan mau mengurus orang tua sendiri?. Menikah bagi seorang duda bukanlah sebuah aib. Tidak dilarang agama, dan pernikahanku bertujuan baik, supaya ada yang merawatku.
Aku sadar, bahwa aku tak mungkin memaksa anak-anakku untuk merawatku. Biarlah orang lain melakukanya. Supaya anak-anakku bebas melakukan aktivitas mereka. Akua tak mau hidup di Panti Jompo, seperti yang pernah diutarakan Jonggi kepadaku.
“Kelak, bila suda semakin menua, Bapak akan kami masukkan ke pantijompo” ujar Jonggi
Darahku naik, aku marah, sangat marah.
“Waktu kau lahir, aku dan ibumu tak ada niat untuk menitipkanmu ke penitipan bayi, ingat itu” ucapku dengan nada tinggi.
Sepertinya mereka bukan anakku lagi, tapi orang lain. Entah iblis mana yang merasuki jiwa semua anak-anakku hingga mereka tega mengusir aku dan istri keduaku dari rumah yang kubangun sendiri. “Ini rumah ibu kami!” kilah mereka ketika menyuruhku pindah, tepatnya mengontrak rumah.
Sakit rasanya mendengar ucapan itu. Aku ini sudah renta. Seandainya mereka bukan anakku pun, mereka tak pantas mengusir orang dari rumah. Tapi itulah takdirku. Aku gagal. Apa dosa yang kuperbuat sehingga aku menuai buah-buah kehidupan seperti ini?. Aku mengajarkan mereka cinta kasih sebagai balasan aku terima perlakuan kasar.
Aku mengajarkan mereka iman kristiani, untuk menghormati orang tua, tapi yang kuterima adalah kata-kata kasar. Demi harta kah?. Aku menggugat takdirku, ini tidak adil. Aku akan iklas menerima semua ini bila si pemberi takdir menemukan ada perlakuanku yang kasar kepada anak-anakku ketika mereka masih kecil. Aku menggugat, dimana salahku. Dimana keadilan?, pantaskah ini kuterima?.
Aku gagal membina anak-anakku, dan gagal mengajarkan mereka tentang makna menghormati orang tua. Aku malu bertemu kerabatku satu kampung. Pasti mereka mencap ku sebagai ayah yang gagal. Sendainya tiba saatnya aku menngembalikan nafas ini kepada pemiliknya, aku tak sudi jasadku di kuburkan di kampung halamanku, seperti pesanku pada istriku. “Bila aku meninggal, kuburkanlah disini, jangan membawaku ketanah kelahiranku, apalagi ke sisi ibu yang melahirkanku, aku akan malu bertemu denganya di sorga sana, dia pasti memarahiku karena aku seorang ayah yang gagal”. Biarlah tanah perantaun ini yang menjadi kuburanku. Itu wasiatku.
Rasa sakit hati kepada anak-anakku membuatku jatuh dalam kehidupan ini. Aku tak ingin menemui mereka lagi, biarlah dikehidupan mendatang–bila ada– bisa bertemu kembali.
Apa aku mendoakan karma bagi mereka?. Tidak, karma bukan urusanku. Ada yang memberikan penilaian kepada semua umat manusia di bumi yang fana ini. Aku tak mau mengutuk, menyumpahi ke enam anakku, biarlah semuanya ditimpakan kepadaku, bahwa aku adalah laki-laki gagal.
***
Kulangkahkan kakiku perlahan, ada keraguan untuk melanjutkan jalanku. Dadaku sesak, aku tahu, ini pertanda tekanan darahku naik. Mungkin aku harus segera pulang, tak ingin terjadi apa-apa pada diriku.
“Kenapa balik, Oppung?, biasanya sampai ke pasar pagi sana?” ujar amaniMarsaulina
“Sepertinya cuaca kuarang baik, mungkin sebentar lagi akan hujan” aku berbohong
Lagu tadi masih terginang di kepalaku, aku tak mampu mengusirnya. Aku teringat akan darah dagingku yang telah mencampakkanku.
Hamu anakkonhu, tampuk ni pusu-pusungki
Pasabar ma amang, pasabar ma boru, lao pature-ture au
Nunga matua au, jala sitogu-toguon i
Sulangan mangan au, siparidion au, alani parsahitonki
Somarlapatan marende, margondang, marembas hamu, molo dung mate au
Somarlapatan nauli, nadenggan, patupaon mu, molo dung mate au
Uju di ngolungkon ma nian, tupa ma bahen angka na denggan
Asa tarida sasude holong ni rohami, marnatua-tua i.
Ah, itu hanya lagu.
Ku ingin menjalani sisa kehidupan ini dengan senyuman, bersama istri keduaku yang dengan setia dan penuh kasih merawatku. Toh, sebentarlagi malos ma bulung-bulung sian tanganku, aku kembali ke dunia yang kekal, kematian. Disana, aku pasti bertemu dengan ibu, ayah dan istriku NaiJonggi yang sudah menantiku dengan senyum, dengan dekapanya yang hangat.

Oleh: Hendry H L Gaol
Alamat di bonapasogit: Pakkat Humbang Hasundutan Sumatera Utara
alamat : Taman Sentosa Cikarang-Bekasi Jawabarat
FB: www.facebook.com/latteung

5 Perkawinan Yang Dilarang Adat Batak Toba

Perkawinan bagi masyarakat Batak khususnya orang Toba adalah hal yang wajib untuk dilaksanakan, dengan menjalankan sejumlah ritual perkawinan adat Batak. Meski memiliki keunikan dan ragam keistimewaan yang terkandung dalam acara tersebut, upacara perkawinan adat Batak Toba juga terkenal sangat “merepotkan” jika kita bandingkan dengan upacara perkawinan di daerah lainnya di Indonesia.
Dalam perkawaninan adat Batak Toba juga ada aturan-aturan tertentu yang harus ditaati, dan hukumannya sangat tegas yang dianut oleh orang Batak sejak dulu kala. Dibeberapa daerah dan aturan yang berlaku yang dilaksankan oleh penatua masing-masing daerah berbeda-beda, ada yang dibakar hidup-hidup, dipasung, dan buang atau diusi dari kampung serta dicoret dari tatanan silsilah keluarga. Meskipun era saat ini beberapa aturan yang diberlakukan sejak dahulu kala, sebagian orang Batak kini sudah ada melanggarnya.
Berikut ini 5 Larangan dalam Perkawinan Adat Batak Toba yang dirangkum oleh Gobatak:
Perkawinan terlarang adat batak toba
Ilustrasi: Perkawinan terlarang adat batak toba

Namarpandan

Namarpadan/ padan atau ikrar janji yang sudah ditetapkan oleh marga-marga tertentu, dimana antara laki-laki dan perempuan tidak bisa saling menikah yang padan marga. Misalnya marga-marga berikut ini:
1.Hutabarat & Silaban Sitio
2.Manullang & Panjaitan
3.Sinambela & Panjaitan
4.Sibuea & Panjaitan
5.Sitorus & Hutajulu (termasuk Hutahaean, Aruan)
6.Sitorus Pane & Nababan
7.Naibaho & Lumbantoruan
8.Silalahi & Tampubolon
9.Sihotang & Toga Marbun (termasuk Lumbanbatu, Lumbangaol, Banjarnahor)
10.Manalu & Banjarnahor
11.Simanungkalit & Banjarnahor
12.Simamora Debataraja & Manurung
13.Simamora Debataraja & Lumbangaol
14.Nainggolan & Siregar
15.Tampubolon & Sitompul
16. Pangaribuan & Hutapea
17. Purba &  Lumbanbatu
18. Pasaribu & Damanik
19.Sinaga Bonor Suhutnihuta & Situmorang Suhutnihuta
20.Sinaga Bonor Suhutnihuta & Pandeangan Suhutnihuta

Namarito

Namarito (ito), atau bersaudara laki-laki dan perempuan khusunya oleh marga yang dinyatakan sama sangat dilarang untuk saling menikahi. Umpanya seprti parsadaan Parna (kumpulan Parna), sebanyak 66 marga yang terdapat dalam persatuan PARNA. Masih ingat dengan legenda Batak “Tungkot Tunggal Panaluan“? Ya, disana diceritakan tentang pantangan bagi orangtua yang memiliki anak “Linduak” kembar laki-laki dan perempuan. Anak “Linduak” adalah aib bagi orang Batak, dan agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, kedua anak kembar tersebut dipisahkan dan dirahasiakan tentang kebeadaan mereka, agar tidak terjadi perkawinan saudara kandung sendiri.

Dua Punggu Saparihotan

Dua Punggu Saparihotan artinya adalah tidak diperkenankan melangsungkan perkawinan antara saudara abang atau adik laki-laki marga A dengan saudara kakak atau adik perempuan istri dari marga A tersebut. Artinya kakak beradik laki-laki memiliki istri yang ber-kakak/ adik kandung, atau 2 orang kakak beradik kandung memiliki mertua yang sama.

Pariban Na So Boi Olion

Ternyata ada Pariban yang tidak bisa saling menikah, siapa dia sebenarnya? Bagi orang Batak aturan/ ruhut adat Batak ada dua jenis untuk kategori Pariban Na So Boi Olion, yang pertama adalah Pariban kandung hanya dibenarkan “Jadian” atau menikah dengan satu Pariban saja. Misalnya 2 orang laki-laki bersaudara kandung memiliki 5 orang perempuan Pariban kandung, yang dibenarkan untuk dinikahi adalah hanya salah satu dari mereka, tidak bisa keduanya menikahi pariban-paribannya. Yang kedua adalah Pariban kandung/ atau tidak yang berasal dari marga anak perempuan dari marga dari ibu dari ibu kandung kita sendiri. Jika ibu yang melahirkan ibu kita ber marga A, perempuan bermarga A baik keluarga dekat atau tidak, tidak diperbolehkan saling menikah.

Marboru Namboru/ Nioli Anak Ni Tulang

Larangan berikutnya adalah jika laki-laki menikahi boru (anak perempuan ) dari Namboru kandung dan sebaliknya, jika seorang perempuan tidak bisa menikahi anak laki-laki dari Tulang kandungnya.

Pembukaan PDT 2012 Ribuan Pengunjung Lewati Parapat Menuju Samosir

Meski Pesta Danau Toba 2012 telah dibuka resmi oleh Pelaksana Tugas Gubernur Sumatra Utara, H Gatot Pujo Nugroho ST belum terlihat kepadatan pengunjung yang khusus untuk menghadiri PDT 2012.
Hal ini terlihat banyaknya pengunjung menggunakan kenderaan mobil banyak berdatangan, namun mayoritas mereka yang datang hendak menuju Pulau Samosir. Dari pantauan tim Gobatak pada hari pertama Pesta Danau Toba (28/12), siang itu terlihat antrian panjang menuju pelabuhan penyeberangan Ajibata.
Sejumlah kenderaan pribadi antri sampai pintu masuk Ajibata untuk menunggu kapal ferry menuju Pulau Samosir. Klik gambar untuk memperbesar.

Kondisi pentas pembukaan Pesta Danau Toba 2012 di Pantai Bebas Parapat

Siang hari, sepi pengunjung tampak tidak ada kegiatan maupun perlombaan yang dilaksanakan di lapangan Pagoda Parapat



Monumen Kentungan Raksasa di Samosir Terbesar di Indonesia

Sebuah kentungan kayu raksasa telah diresmikan di Samosir pada Kamis 20/12/2012. Berlokasi di kampung Sigale-gale, kentungan raksasa setinggi 14 meter ini berdiri. Monumen ini dibuat dari satu kayu utuh dan memakan waktu selama tiga bulan dalam pembuatannya.
Kentungan adalah salah satu kearifan budaya yang berupa instrumen bambu yang dipukul sehingga menghasilkan bunyi yang khas. Bunyi yang dihasilkan inilah yang berfungsi sebagai sinyal atau kode atau penanda sebuah peristiwa dalam masyarakat pada zaman dulu. Kapolres Samosir AKBP Donny SH Damanik Sik mengatakan bahwa monumen berupa kentongan ini dibangun sebagai peringatan terhadap warisan budaya yang memiliki nilai dan makna dalam rangka penting keamanan dan ketertiban dalam masyarakat yang digali dari perspektif budaya masyarakat Samosir. Peresmian kentungan raksasa ini juga merupakan rangkaian dari kegiatan peresmian Ulubalang Samosir dalam kampanye Kamtibmas dan Kamseltibcar Lantas yang diadakan di lapangan bola desa Ambarita pada hari yang sama.
kentungan-raksasa-di-samosir-terbesar-di-indonesia-2kentungan-raksasa-di-samosir-terbesar-di-indonesia-3kentungan-raksasa-di-samosir-terbesar-di-indonesia
kentungan-raksasa-di-samosir-terbesar-di-indonesia-5kentungan-raksasa-di-samosir-terbesar-di-indonesia-6kentungan-raksasa-di-samosir-terbesar-di-indonesia-4
Pembangunan monumen kentungan ini bertujuan untuk menghidupkan kembali kearifan lokal Samosir yaitu penjaga kemanan Ulubalang yang menggunakan kentongan sebagai alat komunikasi. Melalui suatu kode suara, kentungan ini dipukul untuk memberitahukan suatu keadaan kepada masyarakat.
Dengan menghidupkan kembali konsep pranata sosial Ulubalang dan kentungan ini, diharapkan juga dapat menjadi daya tarik khusus bagi pariwisata di Samosir. Disamping juga untuk mendukung terciptanya kemanan dan ketertiban masyarakat di Samosir sehingga ikut memberi kenyamanan bagi pengunjung yang datang berwisata ke Samosir.

3 danau terbesar di sumatera

Danau adalah sebuah daerah berbentuk cekungan yang berada di daratan sehingga air yang di sekitarnya mengalir ke cekungan danau yang lebih rendah, membentuk suatu ekosistem perairan daratan yang diisi oleh oleh binatang air maupun tumbuhan air. Karena beragamnya ekosistem air tawar yang menghuni danau, membuat danau menjadi mata pencaharian bagi masyarakat sekitarnya, baik mengambil secara langsung dengan memancing memanah maupun menjaring ataupun dengan cara membudidayakannya dengan car di tangkarkan.
Danau di bagi menjadi 2 yakni danau alami maupun buatan. Danau alami adalah danau yang terbentuk secara alamaiah sementara danau buatan di bentuk karena keperluan masyarakat seperti Irigasi, daerah resapan air, PLTA maupun penampungan drainase dan air hujan sehingga wilayah di sekitarnya tidak terkena banjir.
Di indonesia terdapat ratusan danau dengan beragam fungsi, dari ratusan danau yang itu penulis mencoba merangkumnya menjadi 3 buah saja.
Berikut 4 danau terbesaryang berhasil penulis rangkum dari seluruh indonesia:

1. Danau Toba
Danau Toba ini adalah danau terbesar di Indonesia bahkan asia tenggara dengan panjang mencapai 100 kilometer dan lebar 30 kilometer. Danau ini memiliki pulau yang unik yang berada di tengah-tengahnya yakni Pulau Samosir. spesies ikan yang hidup di danau ini juga sangat banyak serta keindahan alamnya sangat memukau. Dengan keindahan alam yang indah membuat Danau Toba menjadi salah satu objek wisata andalan bagi daerah Sumatera Utara.
 2. Danau Ranau
Danau Ranau terletak di Kabupaten Lampung Barat Provinsi Lampung dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Provinsi Sumatera Selatan. Danau ini mempunyai predikat danau terbesar kedua dengan menilik volume air yang di milikinya. Danau ini menjadi tempat berkembang biaknya ikan seperti mujair, kepiat dan horangan jumlah ikan ini sangat bnyak sehingga di manfaatkan oleh penduduk setempat untuk di jual maupundi konsumsi. Seperti layaknya Danau Toba Di danau ranau juga terdapat pulau yang dinamakan Pulau Marissa, selain itu terdpat juga air panas, air terjun dan penginapn di sekitar danau dengan bnyaknya fasilitas dan objek yang bisa di kunjungi membuat dana Ranau menjadi objek wisata andalan kabupaten OKU sumatera selatan.
3. Danau Singkarak
Danau Singkarak terletak di dua kabupaten yakni Solok dan Tanah Datar di Sumatera Barat. Air di danau ini sebagian dialirkan memalui terowongan yang menembus bukit barisan yang kokoh ke batang anai untuk menggerakan generator sebuah PLTA yang bernama sama dengan danau yakni  PLTA Singkarak. Selain itu terdapat bnyak spesie ikan yang hidup di danau singkarak seperti muajir, gurami, kalang, baung dan ikan air tawar lainnya. Ikan Bilih adalah ikan ciri khas yang hidup di Danau ini dan menjadi makan khas kuliner daerah ini.

4 Jembatan Terpanjang di Indonesia

Jembatan adalah sebuah bangunan yang menghubungkan suatu daerah/tempat ke daerah/tempat lainnya. pembangunan jembatan memiliki beragam fungsi, diantaranya adalah untuk menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya yang terhalangi sungai atau selat. Atau bisa juga berfungsi sebagai pengurai kemacetan maupun sarana penghubung berbagai kendaraan kendaraan. Jenis kendaraan yang bisa melewati jembatan bermacam-macam seperti kendaraan bermotor maupun kereta api tergantung jenis dan strukter jembatan itu sendiri.
Di Indonesia tercatat banyak sekali Jembatan yang berfungsi untuk menghubungkan suatu daerah dengan daerah lainnya, keberadaan jembatan ini sangat membantu melancarkan mobilitas satu daerah. Dari sekian banyak Jembatan yang berada di Indonesia Penulis mencoba merangkumnya menjadi 4 Jembatan terpanjang dan menjadi Landmark kota Indonesia.
Berikut nama-nama Jembatan tersebut ;

1. Jembatan Suramadu
Jembatan Suramadu adalah dengan memiliki panjang 5.438 m jembatan ini mendapat predikat jembatan terpanjang di Indonesia dan nomor tiga terpanjang di Asia Tenggara. Jembatan ini di bangun untuk menghubnugkan dua pulau di Jawa Timur yakni Pulau Jawa dan Madura. Pembangunan jembatan ini di maksudkan untuk semakin melancarkan mobilitas serta pembangunan di Pulau Madura. Hal yang kemudian bisa tercapai dengan semakin menggeliatnya pembangunan akibat semakin lancarnya transfortasi ke pulau madura. Sekarang Jembatan Suramadu bukan hanya sebagai Jembatan penghubung.

2. Jembatan Pasupati
Jembatan Pasupati adalah sebuah jembatan layang yang membentang sepanjang 2.147 m dan terletak di kota Bandung. Jembatan ini di bangun untuk mengurai kemacetan yang sering melanda daerah terusan Pasteur dan Surapati. Sehingga jembatan ini dinamai dari gabungan 2 daerah tersebut. Selain berfungsi menjadi pengurai kemacetan di kota Bandung yang padat, jembatan Surapati juga sudah menjadi ikon baru di kota bandung. pemandangan senja dan malam hari di jembatan ini sangat indah.

 3. Jembatan Siak
Jembatan yang juga mempunyai nama lain Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah ini terletak di Kabupaten Siak Provinsi Riau dan memiliki panjang 1.196 m. Nama jembatan ini diambil dari nama istri Raja Siak Sultan Syarif Hashim. Jembatan yang diresmikan tanggal 11 Agustus 2007 Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini di bangun dengan harapan bisa menggeliatkan ekonomi dan pariwisata di kabupaten Siak.

4. Jembatan Ampera
Jembatan Ampera yang memiliki panjang 1.117 m tidak kalah menariknya dengan jembatan-jembatan lain yang menjadi landmark di kotanya. Ampera telah menjadi landmark bagi Sumatera selatan dan palembang. jembatan yang membentang di atas sungai musi ini ramai di kunjungi wisatawan yng berkunjung ke palembang. Awalnya jembatan ini memiliki bagian yang bisa mengangkat dengan peralatan mekanis. yang berfungsi untuk memberi jalan kapal besar yang lewat di tengah sungai Musi. Tetapi sejak tahun 1970 fungsi ini sudah di tiadakan karena waktu untuk mengangkat dan membiarkan kapal lewat malah membuat antrian kendaraan yang akan menyebrangi jembatan semakin panjang.

Negara-negara di dunia dengan anggaran militer yang mengagumkan

Militer identik dengan perang dan pertahanan, dan memang begitulah adanya. Tetapi selain untuk perang, Militer juga penting untuk kewibawaan dan pertahanan stabilitas negara, sehingga negara bisa aman menjalankan setiap keputusan dan kebijakannya tanpa di rongrong oleh negara lain. Selain itu sebuah negara dengan militer yang kuat akan di segani di kawasannya sehingga pemaparan, pendapat dan masukannya sering di dengar untuk kemudian menjadi pertimbangan untuk pengambilan keputusan baik di regional kawasan maupun global. Begitu penting dan strategisnya posisi dan fungsi dari Militer sehingga banyak negara berlomba-lomba untuk meningkatkan kekuatan militernya, salah satunya dengan menambah anggaran Militer menjadi ratusan milliar dollar setiap tahunnya. Sebuah angka yang fantastis dan di luar nalar sebagian orang, tetapi hal itu benar adanya.
Berikut penulis akan paparkan negara-negara yang memiliki anggaran militer ‘wah’ di dunia,
1. Amerika Serikat
Negara yang di kenal denga negara suporpower ini semakin melambungkan anggaran militernya untuk invasi maupun pertahanan diri terlebih pasca Pascaserangan teroris 9/11 lebih dari satu dekade silam. Tercatat pada tahun 2011, Amerika Serikat smengeluarkan sedikitnya dana US$698 miliar untuk anggaran militernya. Anggaran yang sangat besar itu tidak terlepas dari  kebijakan luar negeri pemerintah Amerika Serikat yang sangat menaruh perhatian besar pada isu terorisme. Salah satu yang terbaru adalah upaya menggulingkan Khadafy dari pemerintah Lybya pun menyedot anggaran yang besar.
2. China
Negara besar baru yang siap menyeruak dan mengimbangi kekuatan militer Amerika Serikat. Tumbuhanya perekonomian China yang bak cendawan di musim hujan ikut berimbas juga pada anggaran militer dan revitalisasi seluruh kebutuhan negara, salah satunya penguatan militer. Pada 2011, China tercatat mengeluarkan dana sampai US$114 miliar, anggaran yang luar biasa besar ini untuk penguatan pengaruh kawasan di Asia Timur yang juga di huni Korea Selatan, Jepang dan negara yang menginginkan kemerdekaan dari China, Taiwan. Walaupun negara-negara tersebut notabene masih di bawah China tetapi kedekatan negara-negara tetangga Amerika Serikat di sinyalir ikut mempengaruhi juga kekhawatiran China.
3. Perancis
Sebagai sebuah negara besar di Eropa, perancis menyeruak menjadi kekuatan utama. Dengan anggaran Militer sebesar US$61,3 miliar, membuat Perancis menjadi negara ketiga terbesar dalam hal pengeluaran anggaran militer. Di bawah kepemimpinan Presiden Nicolas Sarkozy yang di kenal dengan julukan  Sang Jenderal Kecil atau Le Petit General, prancis ingin menunjukanhegemoni kekuatannya di Eropa dan menjadi salah satu anggota Nato yang berpengaruh. Tetapi pada pemilihan presiden Perancis tahun 2012 yang diadakan pada tanggal 22 April lalu, sang jenderal kecil Nicolas Sarkozy kalah oleh pesaingnya  François Hollande. Kita lihat saja nanti bagaimana kebijakan anggaran militer Perancis di bawah François Hollande, apakah masih royal seperti sang jenderal kecil ataukah lebih kecil.