Berulang kali Malaysia menyakiti hati Bangsa Indonesia, berulang kali
juga kita berusaha mendiamkannya. Bila kita runut kebelakang sangat
banyak hal-hal yang mengecewakan yang dilakukan Malaysia yang berakibat
menyakiti Bangsa Indonesia. Demi mengokohkan Tageline Pariwisata mereka
“Malaysia Truly Asia” mereka menghalalkan segala cara dengan mengklaim
kebudayaan – kebudayaan Indonesia.
1. Angklung
Dalam situs www.musicmall_asia.com disebutkan bahwa angklung berasal
dari Malaysia tepatnya berada di kota Johor. Musik angklung merupakan
pengiring kesenian kuda kepang. Klaim ini membuat masyarakat Indonesia
marah, namun pemerintah Malaysia membantah melakukan klaim atas alat
musik khas Jawa Barat tersebut.
2.Reog Ponorogo
Awal dari klaim ini adalah pada saat website Kementerian Kebudayaan,
Kesenian, dan Warisan Malaysia dengan alamat situs
http://www.heritage.gov.my memasang gambar Reog Ponorogo dan
menyebutnya sebagai tarian asal Malaysia yaitu Tari Barongan. Komentar
menentang pun bermunculan, sampai akhirnya Pemerintah Jawa Timur
berupaya mendaftarkan Rego Ponorogo untuk mendapatkan hak paten tingkat
dunia.
3. Rasa Sayange
Pada bulan Oktober 2007, iklan pariwisata Malaysia bertajuk
“Malaysia, Truly Asia”, menggunakan lagu rakyat. Liriknya terdiri dari
campuran Bahasa Inggris, Melayu dan Mandarin, tetapi, jika didengarkan
lebih lanjut, terdapat lirik “… Rasa sayang sayang hey”. Yang sangat
mirip dengan lagu Rasa Sayange, lagu turun temurun rakyat Maluku. Protes
keras muncul dari Indonesia. Terutama di Internet, bahwa Malaysia
“mencuri” lagu Rasa Sayange untuk mempromosikan pariwisata mereka. Tapi
Tengku Adnan Tengku Mansor, Menteri Pariwisata Malaysia ketika itu
menyatakan, Rasa Sayang –versi mereka dari lagu Rasa Sayange –adalah
lagu rakyat di kepulauan Nusantara, dan Indonesia tak bisa mengklaim
punya lagu tersebut. Sementara menurut Menteri Penerangan Malaysia, YB
Dato menegaskan bahwa tidak ada niatan dari Malaysia untuk mengklaim
lagu tersebut sebagai milik Malaysia.
4. Tari Pendet
Tarian khas asal Pulau Dewata tersebut juga tak luput dari klaim
Negeri Jiran. Hal itu diketahui ketika dalam sebuah iklan pariwisata
‘Visit Malaysia’ menampilkan cuplikan Tari Pendet tersebut. Meskipun
begitu, pemerintah Malaysia berkilah bahwa mereka tidak melakukan klaim
dan yang terjadi semata-mata hanya kesalah pahaman belaka.
5. Batik
Pada saat awal kasus Klaim ini terjadi, Batik merupakan salah satu
yang pertama di Klaim oleh Malaysia sebagai warisan kebudayaan milik
negaranya. Pengakuan tersebut sempat membuat resah pengrajin batik dan
juga menuai kemarahan rakyat Indonesia. Bahkan dalam laga final piala
AFF lalu, sempat ramai informasi melalui Broadcast Message
untuk memakai batik saat Indonesia bertanding melawan Malaysia. Klaim
atas batik ini akhirnya dimenangkan oleh Indonesia dengan ditetapkannya
batik sebagai warisan budaya Indonesia oleh Unesco pada 2 Oktober 2009.
6. Tor-Tor Batak dan Ulos dan Gordang Sambilan
Dengan alasan agar mendapatkan dana bantuan pelestarian kebudayaan
dari Negara mereka mendaftarkan tari Tor-Tor yang merupakan Tarian Khas
asal Sumatera Utara yang telah dikenal Luas dengan ciri khasnya
penarinya memakai Kain Ulos yang juga merupakan Pakaian kain Tenun Khas
Sumatera Utara Khususnya Suku Batak yang terdiri dari beberapa puak.
Klaim sepihak ini membuat berang Bangsa Indonesia terutama Suku Batak
yang langsung memberikan protes keras ke Malaysia.
Masih panjang daftar budaya Indonesia yang diklaim oleh Malaysia
seperti tari Kuda Lumping, Bunga Raflesia Arnoldi, dan masakan Rendang
dari Sumatera Barat. Sampai kapankah budaya kita akan terus “disalip”
oleh Malaysia?
Pelecehan di dunia olah raga juga kerap dilakukan oleh mereka, dari
pemukulan atlet Indonesia, cara penerimaan atlet yang akan berlaga di
Malaysia, Pemukulan sporter bola bahkan yang terjadi baru baru ini video
yel-yel bola sporter Malaysia yang beredar di Youtube yang menghebohkan
dan membuat marah besar sebagian besar masyarakat Indonesia karena
mereka jelas melecehkan Bangsa Indonesia yang menyamakannya dengan
binatang. Terlepas dari penembakan, pemukulan, penyiksaan TKI yang juga
selalu terjadi di Malaysia tidak menyurutkan keinginan banyak orang
untuk mengadu nasib bekerja ke Malaysia atau dengan bangga berobat dan
bertamasya ke Malaysia.
Kembali lagi Mantan Menteri Penerangan Malaysia, Zainudin Maidin,
memberikan gambaran negatif soal Presiden Indonesia ketiga, B.J.
Habibie. Dalam tajuk rencana koran Utusan Malaysia edisi Senin, 10
Desember 2012, Zainuddin menggambarkan Habibie sebagai sosok egois,
memualkan, serta pengkhianat bangsa. Memulai tulisannya, Menteri
Penerangan di era Abdullah Badawi ini mengulas kedatangan B.J. Habibie
ke Malaysia beberapa hari lalu. “Presiden Indonesia ketiga, Bacharuddin
Jusuf Habibie, yang mencatatkan sejarah sebagai Presiden Indonesia
paling tersingkat, tersingkir kerana mengkhianati negaranya, telah
menjadi tamu kehormatan Ketua Umum Partai Keadilan Rakyat (PKR) Anwar
Ibrahim baru-baru ini,” tulis Zainudin di halaman 6 Utusan Malaysia.
Tulisan selanjutnya, Zainudin lebih banyak menceritakan beberapa sisi
negatif Habibie selama menjadi Presiden Indonesia, mulai peran Habibie
yang menyebabkan Timor-Timur terlepas dari NKRI hingga perpecahan
politik yang menyebabkan tumbuhnya 48 partai politik di Indonesia.
“Beliau mengakhiri jabatannya dalam kehinaan setelah menjadi presiden
sejak 20 Oktober 1999,” begitu Zainudin Maidin memberi penilaian. Lebih
menyakitkan mantan menteri ini menggambarkan B.J Habibie sebagai “dog of
imperialism”.
Bisa jadi kegeraman Zainudin dipicu kekhawatiran kalau Habibie–yang
di Indonesia dikenang sebagai salah satu tokoh penting dalam transisi
demokrasi–membawa virus reformasi ke Malaysia.
Sampai kapan lagi kita akan memberi toleransi dan bersabar dengan
ulah mereka yang dengan rasa tidak bersalahnya terus mengulang perbuatan
yang menyakiti Bangsa Indonesia. Mereka mengatakan serumpun bukan
berarti kita rumput yang terus dipijak. Andai ini di masa Soekarno
mereka akan gentar dengan Negara ini karena mereka akan di Ganyang
sehingga tidak bisa sesukanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar