Selamat Datang di Website blogger Jhon Demos Silalahi

7 Jan 2013

Menjelang 2013, Indonesia Bagaikan Wanita Cantik

Setiap menjelang akhir tahun, kegiatan masyarakat dan aktivitas bisnis biasanya cenderung meningkat.  
Di sektor modern, mereka yang bergerak dalam kegiatan usaha di pasar uang dan pasar modal satu sama lain saling berjibaku untuk mengumpulkan keuntungan sebesar-besarnya agar bisa meningkatkan pencapaian laba yang maksimal. Keberhasilan korporasi dalam meraih laba yang besar biasanya berimplikasi pada peningkatan bonus karyawan dan kalangan profesionalnya.  
Dengan begitu, mereka bisa merayakan liburan akhir tahun dengan ceria dan menyongsong tahun baru 2013 dengan penuh semangat. Di sektor riil juga nyaris sama. Aktivitas usaha yang berkaitan dengan pemenuhan konsumsi masyarakat cenderung meningkat.  
Berbagai mal dan pusat-pusat perbelanjaan menawarkan beraneka ragam produk dengan mutu dan harga bersaing. Karena itu, tidak heran bila aktivitas belanja dan konsumsi masyarakat ini merupakan penyumbang terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia di samping kegiatan investasi. 
Di tengah resesi global saat ini, perekonomian Indonesia masih bisa tumbuh 6,3 persen. Oleh karena itu, menjelang akhir tahun ini wajar jika negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura gencar melakukan berbagai promosi tempat-tempat belanja dan wisata yang ada di kedua negara tersebut. 
Indonesia saat ini menjadi kelihatan seperti "wanita cantik" yang dilirik banyak orang, antara lain karena besarnya potensi pertumbuhan ekonomi dan jumlah kelas menengah yang terus bertambah. Saat ini, jumlah kelas menengah tidak kurang dari 40 juta orang dengan pengeluaran (belanja) rata-rata 20 dollar AS per hari. Wow!
Malaysia dan Singapura bahkan tidak hanya menawarkan mal yang layak dikunjungi, tetapi juga mempromosikan kawasan yang menyatu dengan pusat perbelanjaan yang sekaligus bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk menghabiskan malam pergantian tahun baru di sana.
Singapura memiliki kawasan Orchad yang terintegasi dengan bebagai pusat belanja, sedangkan Malaysia mempunyai kawasan Bukit Bintang dan Kuala Lumpur City Center (KLCC). Sayangnya, pusat-pusat perbelanjaan di Jakarta umumnya berdiri secara sporadis dan tidak menyatu dengan kawasan khusus yang menjadi ciri utama atau ikon Jakarta.
Beruntung Indonesia masih memiliki Pulau Bali yang walaupun tidak dipromosikan secara khusus dan besar-besaran tetap memikat dan masih menjadi pilihan utama para turis domestik dan asing untuk datang menikmati keindahan dan eksotisme Pulau Dewata.  
Terlebih lagi, sekarang menjelang pelaksanaan KTT APEC 2013, infrastruktur di Bali sedang giat dibangun. Di Bali, kesibukan hotel-hotel dan lalu lintas penerbangan pesawat sesungguhnya tidak hanya terjadi saat pergantian tahun, tetapi sejak dua bulan menjelang akhir tahun sudah banyak diselenggarakan berbagai kegiatan seminar, workshop, dan sejenisnya. Ini umumnya banyak diselenggarakan oleh instansi pemerintah.  
Setiap menjelang akhir tahun, kalau dunia usaha sibuk untuk meraih keuntungan secara maksimal, sebaliknya para pejabat dan birokrasi pemerintah justru ramai-ramai menghabiskan sisa anggaran. Cara berpikirnya seperti bumi dan langit.
Dunia swasta meraih keuntungan besar digunakan untuk ekspansi usaha di samping membayar gaji, bonus, serta dividen kepada karyawan dan pemegang saham, sedangkan dunia birokrasi di Indonesia anggaran negara (APBN) yang notabene merupakan uang rakyat justru dihambur-hamburkan untuk kegiatan yang tidak produktif.
Alih-alih menjadi pelayan dan abdi masyarakat, sejumlah pejabat pemerintah dan anggota legislatif justru menjadi beban masyarakat dengan cara kerjanya yang boros dan berperilaku koruptif. Sebagian besar dana APBN lebih banyak digunakan untuk membayar pegawai, sedangkan kegiatan investasi yang dilakukan pemerintah sangat minim.  
Oleh karena itu, kesenjangan yang ada dalam masyarakat saat ini sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh buruknya kinerja birokrasi, merajalelanya praktik korupsi, dan rendahnya penegakan hukum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar