Selasa, 22 Januari 2013, genap 100 hari Jokowi dan pasangannya, Basuki
Tjahaja Purnama alias Ahok memimpin DKI Jakarta. Dengan usia
pemerintahan masih seumur jagung, keduanya harus menghadapi cobaan
berat: banjir besar yang mengepung ibukota.
Bahwa Jakarta langganan banjir, itu sudah jadi pengetahuan umum. Namun tak ada yang menyangka, Kamis (17/1/2013) lalu bencana itu sampai bisa melumpuhkan ibukota. Air bercampur lumpur merendam jalan protokol, memutus jalur kereta api, rumah-rumah tenggelam, jalanan yang tak bisa dilalui kendaran. Bahkan berujung maut, setidaknya 20 nyawa manusia melayang.
Tak hanya menjadi perhatian media dalam negeri yang mengupas tuntas 100 hari Jokowi-Ahok -- dari soal kinerja, pencapaian, gaya kepemimpinan, hingga kejahilan, dan guyonan. Momentum tersebut juga disorot media internasional: BBC Inggris.
Berita Soal Jokowi menjadi headline situs BBC.com 23 Januari 2013, dengan judul, "Jakarta's Obama".
BBC menyoroti musibah banjir yang menjadi ujian pertama, sekaligus cobaan berat bagi Pak Gubernur, pria Solo yang berhasil memenangkan hati warga Jakarta. Yang pada masa kampanye selalu memposisikan diri memihak "wong cilik".
Bukan Obama
Sejak masa kampanye dulu, Jokowi kerap diperbandingkan dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Bukan hanya postur tubuhnya yang mirip -- tinggi dan kurus. Tapi juga kemampuan mereka berempati dengan orang kebanyakan.
Soal ini, BBC sempat bertanya langsung pada pria bernama lengkap Joko Widodo itu. "Saya bukan Obama, saya hanya orang biasa," kata Jokowi, terkekeh.
Namun, raut wajahnya menjadi serius saat ditanya soal beban popularitasnya.
Jokowi mengaku, jadi Gubernur DKI kerap membuatnya sakit kepala. Tapi toh ia mengaku, masih bisa bersenang-senang, meski tak sering memang.
Penggemar musik rock itu mengaku harus bekerja dari pagi hingga pagi berikutnya. Mengurus permasalahan Jakarta yang tak kunjung selesai.
Jokowi ingin menunjukkan pada warganya, ia bekerja, tak cuma duduk manis di belakang meja. "Itulah apa yang mereka ingin lihat dari saya.."
Juga Bukan Superman
Sehebat apapun Jokowi, tak mungkin bisa menuntaskan persoalan DKI Jakarta yang terlanjur akut. Apalagi hanya dalam 100 hari.
Itu dimengerti benar oleh politisi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul -- yang partainya dalam Pilkada DKI Jakarta mendukung rival Jokowi-Ahok, pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.
"Jangankan Jokowi, Superman pun jadi Gubernur DKI untuk menyelesaikan macet dan banjir, tetap saja sulit," kata Ruhut sebelum mengikuti seleksi calon hakim agung di ruang Komisi III, Gedung DPR, Jakarta, Rabu (23/1/2013).
Namun sejumlah imbauan dan kritik juga disampaikan untuk Jokowi dalam 100 hari masa kepemimpinannya.
Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat, Nurhayati Ali Assegaf menilai, Jokowi kurang melibatkan bawahan-bawahannya, kerap melenggang sendirian tanpa didampingi walikota.
"Pak Jokowi kerja sendiri kan kasihan, nanti Pak Jokowi sakit. Jakarta ini wilayahnya cukup besar dan Pak Jokowi punya wakil-wakil yang telah ditunjuknya," kata dia.
Sementara, kritik pedas datang dari Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar. "Jokowi terlalu sering masuk TV-nya ketimbang kinerjanya," sentil Cak Imin di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (23/1/2013).
Seperti apa performa Jokowi-Ahok di 100 hari masa pemerintahannya, Anda, warga Jakarta, yang berhak memberi penilaian.
Bahwa Jakarta langganan banjir, itu sudah jadi pengetahuan umum. Namun tak ada yang menyangka, Kamis (17/1/2013) lalu bencana itu sampai bisa melumpuhkan ibukota. Air bercampur lumpur merendam jalan protokol, memutus jalur kereta api, rumah-rumah tenggelam, jalanan yang tak bisa dilalui kendaran. Bahkan berujung maut, setidaknya 20 nyawa manusia melayang.
Tak hanya menjadi perhatian media dalam negeri yang mengupas tuntas 100 hari Jokowi-Ahok -- dari soal kinerja, pencapaian, gaya kepemimpinan, hingga kejahilan, dan guyonan. Momentum tersebut juga disorot media internasional: BBC Inggris.
Berita Soal Jokowi menjadi headline situs BBC.com 23 Januari 2013, dengan judul, "Jakarta's Obama".
BBC menyoroti musibah banjir yang menjadi ujian pertama, sekaligus cobaan berat bagi Pak Gubernur, pria Solo yang berhasil memenangkan hati warga Jakarta. Yang pada masa kampanye selalu memposisikan diri memihak "wong cilik".
Bukan Obama
Sejak masa kampanye dulu, Jokowi kerap diperbandingkan dengan Presiden Amerika Serikat, Barack Obama. Bukan hanya postur tubuhnya yang mirip -- tinggi dan kurus. Tapi juga kemampuan mereka berempati dengan orang kebanyakan.
Soal ini, BBC sempat bertanya langsung pada pria bernama lengkap Joko Widodo itu. "Saya bukan Obama, saya hanya orang biasa," kata Jokowi, terkekeh.
Namun, raut wajahnya menjadi serius saat ditanya soal beban popularitasnya.
Jokowi mengaku, jadi Gubernur DKI kerap membuatnya sakit kepala. Tapi toh ia mengaku, masih bisa bersenang-senang, meski tak sering memang.
Penggemar musik rock itu mengaku harus bekerja dari pagi hingga pagi berikutnya. Mengurus permasalahan Jakarta yang tak kunjung selesai.
Jokowi ingin menunjukkan pada warganya, ia bekerja, tak cuma duduk manis di belakang meja. "Itulah apa yang mereka ingin lihat dari saya.."
Juga Bukan Superman
Sehebat apapun Jokowi, tak mungkin bisa menuntaskan persoalan DKI Jakarta yang terlanjur akut. Apalagi hanya dalam 100 hari.
Itu dimengerti benar oleh politisi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul -- yang partainya dalam Pilkada DKI Jakarta mendukung rival Jokowi-Ahok, pasangan Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli.
"Jangankan Jokowi, Superman pun jadi Gubernur DKI untuk menyelesaikan macet dan banjir, tetap saja sulit," kata Ruhut sebelum mengikuti seleksi calon hakim agung di ruang Komisi III, Gedung DPR, Jakarta, Rabu (23/1/2013).
Namun sejumlah imbauan dan kritik juga disampaikan untuk Jokowi dalam 100 hari masa kepemimpinannya.
Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat, Nurhayati Ali Assegaf menilai, Jokowi kurang melibatkan bawahan-bawahannya, kerap melenggang sendirian tanpa didampingi walikota.
"Pak Jokowi kerja sendiri kan kasihan, nanti Pak Jokowi sakit. Jakarta ini wilayahnya cukup besar dan Pak Jokowi punya wakil-wakil yang telah ditunjuknya," kata dia.
Sementara, kritik pedas datang dari Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar. "Jokowi terlalu sering masuk TV-nya ketimbang kinerjanya," sentil Cak Imin di Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Rabu (23/1/2013).
Seperti apa performa Jokowi-Ahok di 100 hari masa pemerintahannya, Anda, warga Jakarta, yang berhak memberi penilaian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar