Ketiga maskapai tersebut menyasar bisnis penerbangan berbiaya murah.
Masuknya maskapai penerbangan Lion Air ke pasar Malaysia lewat Malindo
Airways, makin memanaskan persaingan di antara maskapai penerbangan
berbiaya murah atau Low Cost Carrier (LCC) di Tanah Air. Lion
Air secara tak langsung membuka pertempuran dengan AirAsia yang memiliki
pangsa pasar utama di Negeri Jiran itu.
Sebelumnya, AirAsia juga seolah telah membuka persaingan dengan Lion Air dengan membeli seluruh saham maskapai penerbangan nasional, Batavia Air.
"Pasar Indonesia cukup besar untuk tiga maskapai itu. Untuk saat ini, AirAsia belum besar-besar amat," kata pengamat penerbangan Alvin Lie, ketika dihubungi VIVAnews di Jakarta.
Menurut Alvin, bisnis penerbangan berbiaya murah di Indonesia telah sejak lama menjadi arena pertempuran dari tiga maskapai besar. Ketiga perusahaan penerbangan itu adalah AirAsia, Lion Air, dan maskapai murah milik Garuda Indonesia, Citilink.
Bagi mantan pilot ini, persaingan bisnis maskapai LCC sebetulnya tak sepenuhnya terkait harga tiket murah. "Saya sangat tak setuju dengan ide banting harga. Mereka pasti punya level tertentu, di mana tak bisa lagi menurunkan harga tiket," katanya.
Ke depan, Alvin justru melihat persaingan tiga maskapai LCC di Indonesia justru terletak pada rute dan jadwal penerbangan. Strategi ini bakal menentukan sejauh mana perusahaan mampu bertahan di tengah ketatnya persaingan maskapai LCC.
"Soal harga itu justru masalah teknis saja. Persaingan utama justru pada dua hal tadi," ujar Alvin.
Berikut analisis Alvin Lie soal tiga maskapai LCC di dalam negeri:
1. Lion Air
Lion Air dianggap layak dianggap sebagai maskapai penerbangan domestik Indonesia. Hal ini setidaknya terlihat dari sejarah Lion Air yang sudah mengoperasikan Lion Air dan Wings Air. "Lion Air unggul karena sudah mengoperasikan lebih dari satu maskapai," katanya.
Namun, Alvin menganggap, Lion Air masih harus membenahi sejumlah persoalan yang sering dikeluhkan konsumen. Perusahaan milik Rusdi Kirana ini diharapkan mampu meningkatkan layanan mutu dan standar keselamatannya.
"Catatan keselamatan Lion Air dalam beberapa waktu terakhir kurang baik. Selain itu, banyak kasus bagasi hilang," kata Alvin. "Kelemahan ini harus menjadi perhatian serius," kata dia.
2. Citilink
Anak perusahaan Garuda Indonesia, Citilink, dianggap sebagai lawan seimbang bagi maskapai penerbangan murah Lion Air, karena memiliki skala bisnis yang sama.
Keunggulan yang dimiliki Citilink adalah segmentasi dan bidikan konsumen yang sudah tegas dinyatakan sejak awal. Dengan induk usaha yang menggarap bisnis kelas premium, Citilink telah memiliki segmen jelas yaitu menyasar kelas bawah. Dukungan Garuda juga bisa menjadi keunggulan bagi Citilink.
3. AirAsia
Dengan sokongan pasokan pesawat dari Airbus, AirAsia dinilai mendapat amunisi untuk mendirikan operator baru di wilayah yang disasarnya.
Maskapai penerbangan asal Malaysia ini dinilai unggul dalam hal pelayanan bagi penumpangnya. Selain menawarkan sarana angkutan udara, AirAsia juga sudah melangkah jauh lewat kerja samanya dengan hotel. Tak hanya itu, AirAsia juga unggul dalam penawaran program-program khusus seperti paket liburan.
Sebelumnya, AirAsia juga seolah telah membuka persaingan dengan Lion Air dengan membeli seluruh saham maskapai penerbangan nasional, Batavia Air.
"Pasar Indonesia cukup besar untuk tiga maskapai itu. Untuk saat ini, AirAsia belum besar-besar amat," kata pengamat penerbangan Alvin Lie, ketika dihubungi VIVAnews di Jakarta.
Menurut Alvin, bisnis penerbangan berbiaya murah di Indonesia telah sejak lama menjadi arena pertempuran dari tiga maskapai besar. Ketiga perusahaan penerbangan itu adalah AirAsia, Lion Air, dan maskapai murah milik Garuda Indonesia, Citilink.
Bagi mantan pilot ini, persaingan bisnis maskapai LCC sebetulnya tak sepenuhnya terkait harga tiket murah. "Saya sangat tak setuju dengan ide banting harga. Mereka pasti punya level tertentu, di mana tak bisa lagi menurunkan harga tiket," katanya.
Ke depan, Alvin justru melihat persaingan tiga maskapai LCC di Indonesia justru terletak pada rute dan jadwal penerbangan. Strategi ini bakal menentukan sejauh mana perusahaan mampu bertahan di tengah ketatnya persaingan maskapai LCC.
"Soal harga itu justru masalah teknis saja. Persaingan utama justru pada dua hal tadi," ujar Alvin.
Berikut analisis Alvin Lie soal tiga maskapai LCC di dalam negeri:
1. Lion Air
Lion Air dianggap layak dianggap sebagai maskapai penerbangan domestik Indonesia. Hal ini setidaknya terlihat dari sejarah Lion Air yang sudah mengoperasikan Lion Air dan Wings Air. "Lion Air unggul karena sudah mengoperasikan lebih dari satu maskapai," katanya.
Namun, Alvin menganggap, Lion Air masih harus membenahi sejumlah persoalan yang sering dikeluhkan konsumen. Perusahaan milik Rusdi Kirana ini diharapkan mampu meningkatkan layanan mutu dan standar keselamatannya.
"Catatan keselamatan Lion Air dalam beberapa waktu terakhir kurang baik. Selain itu, banyak kasus bagasi hilang," kata Alvin. "Kelemahan ini harus menjadi perhatian serius," kata dia.
2. Citilink
Anak perusahaan Garuda Indonesia, Citilink, dianggap sebagai lawan seimbang bagi maskapai penerbangan murah Lion Air, karena memiliki skala bisnis yang sama.
Keunggulan yang dimiliki Citilink adalah segmentasi dan bidikan konsumen yang sudah tegas dinyatakan sejak awal. Dengan induk usaha yang menggarap bisnis kelas premium, Citilink telah memiliki segmen jelas yaitu menyasar kelas bawah. Dukungan Garuda juga bisa menjadi keunggulan bagi Citilink.
3. AirAsia
Dengan sokongan pasokan pesawat dari Airbus, AirAsia dinilai mendapat amunisi untuk mendirikan operator baru di wilayah yang disasarnya.
Maskapai penerbangan asal Malaysia ini dinilai unggul dalam hal pelayanan bagi penumpangnya. Selain menawarkan sarana angkutan udara, AirAsia juga sudah melangkah jauh lewat kerja samanya dengan hotel. Tak hanya itu, AirAsia juga unggul dalam penawaran program-program khusus seperti paket liburan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar