Inggris berada di peringkat 9 dunia dan Indonesia nomer 16.
Presiden SBY, bersama petinggi Arsenal dan PM Inggris, David Cameron
Perdana Menteri Inggris, David Cameron, menyatakan negerinya berada
dalam perlombaan global untuk sukses di bidang ekonomi. Itulah pesan
Tahun Baru 2013 pemimpin pemerintahan Inggris itu.
Defisit
anggaran, kata Cameron dalam video pesan Tahun Baru, diperkirakan
mengecil seperempatnya dibanding 2010. Kemudian sudah lebih setengah
juta orang bekerja sejak saat itu.
"Inggris sedang berada di
lomba global untuk berhasil sekarang. Ini adalah perlombaan dengan
negara-negara seperti China, India dan Indonesia: sebuah lomba untuk
pekerjaan dan kesempatan di masa depan," kata politikus Partai
Konservatif Inggris itu.
"Jadi ketika orang bicara kita bisa bisa
memperlambat pemotongan utang, kita katakan 'tidak.' Kita tak bisa
menang di dunia ini dengan sebuah batu pijakan utang mengelilingi leher
kita."
Meski merasa berlomba dengan Indonesia, Inggris saat ini
merupakan kekuatan ekonomi nomor 9 terbesar di dunia (US$2,392 triliun),
bandingkan dengan Indonesia yang berada di urutan 16 (US$1,125
triliun). Di Eropa, kekuatan ekonomi Inggris hanya kalah dari Jerman dan
Prancis.
Inggris memiliki pertanian yang intensif, penuh
mekanisasi, memproduksi 60 persen kebutuhan makanan dengan tenaga kerja
kurang dari dua persen total tenaga kerja. Inggris juga memiliki
kekayaan tambang batubara, gas dan minyak --meski yang dua belakangan
ini telah menurun produksinya.
Namun kekuatan ekonomi Inggris adalah pada sektor jasa, pemegang proporsi terbesar dari Gross Domestic Product.
Perbankan, asuransi dan bisnis jasa lainnya merupakan andalan Inggris
meski saat ini menghadapi perlambatan akibat krisis ekonomi.
Kekuatan Indonesia
Kekuatan
Indonesia, jika menurut Bank Indonesia, adalah kuatnya konsumsi pribadi
dan derasnya investasi. Dalam laporan Perkembangan Triwulan
Perekonomian Indonesia edisi Oktober 2012 yang diterbitkan Bank Dunia
menunjukkan laju ekonomi Indonesia tetap bertahan kuat di kuartal kedua,
meningkat sebesar 6,4 persen dan sedikit di atas pertumbuhan kuartal
pertama sebesar 6,3 persen.
Ekonom Utama dan Penasehat Ekonomi
Bank Dunia untuk Indonesia, Ndiame Diop, menjelaskan dalam "Indonesia
Economic Quarterly" di Jakarta, Senin 15 Oktober 2012 lalu, perekonomian
global dan Indonesia saat ini sangat kontras, di saat perekonomian
global sangat rapuh, Indonesia mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi
dan dibarengi dengan besarnya kepercayaan investor.
Investasi di
Indonesia telah berkembang secara dinamis dan membantu pertumbuhan
ekonomi Indonesia secara jangka panjang. Bank Dunia mengapresiasi
Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan kesiagaan menghadapi
krisis dan mendorong investasi di infrastruktur.
Diop menjelaskan
berbagai negara kuat seperti China dan India sedang mengalami pelemahan
ekonomi yang tajam. Ia menyarankan agar pemerintah Indonesia
memperhatikan secara serius dampak pelemahan ekonomi China yang akan
terasa ke Jepang dan Korea Selatan.
Menteri Perencanaan
Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Armida S Alisjahbana
mengungkapkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia menempati urutan nomor dua
tertinggi di dunia. China untuk saat ini tetap menempati posisi pertama
dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7,2 persen sampai dengan semester
pertama namun diperkirakan menurun di semester berikutnya.
"India sudah di bawah 6 persen, Filipina juga, Turki yang biasanya start performance soal pertumbuhan, sekarang di bawah 2 persen, sama seperti Brazil," kata Armida.
Tingginya
pertumbuhan Indonesia membuat lahirnya banyak miliarder baru. Hal
tersebut terungkap dari laporan perusahaan pengelola keuangan, Julius
Baer seperti dikutip VIVAnews dari laman CNBC, Kamis, 27 September 2012.
"Ekonomi
Indonesia banyak ditopang oleh sektor infrastruktur dan sumber daya
alam. Dua kekuatan ini makin menambah kantong-kantong beberapa individu
di sana," ujar CEO Julius Baer Asia, Thomas R Meier.
Laporan
Julius Baer memperkirakan, jumlah orang kaya di kawasan Asia Tenggara
dengan aset investasi minimal US$1 juta akan meningkat 3 kali lipat
selama 2010-2015. Diperkirakan jumlah orang kaya mencapai 100 ribu
orang.
Bagaimana 2013?
Bank Pembangunan
Asia (ADB) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2012 hanya
mencapai 6,3 persen namun naik kembali menjadi 6,6 persen di tahun 2013.
Dibandingkan proyeksi yang telah dikeluarkan sebelumnya, pertumbuhan
produk domestik bruto (PDB) Indonesia itu terkoreksi masing-masing 0,1
persen. ADB sebelumnya memproyeksi ekonomi Indonesia tumbuh 6,4 persen
pada tahun 2012 dan 6,7 persen pada 2013.
Pertumbuhan ini didukung oleh kinerja investasi yang tetap tinggi dan perbaikan ekspor. Faktor pendorong lain adalah re-balancing dalam sumber pertumbuhan ekonomi.
Pada
kuartal terakhir tahun ini, Indonesia akan mengalami perbaikan
kontribusi pertumbuhan, khususnya dari peningkatan ekspor dan penurunan
impor. Nilai tukar dolar AS yang tinggi akan menekan impor. Di sisi
lain, kinerja ekspor Indonesia akan meningkat setelah pada September
2012 mengalami pelemahan.
ADB memprediksi tren pertumbuhan
investasi yang cukup tinggi di Indonesia akan terus berlanjut pada 2013.
Survey UNCTAC menunjukkan ada perbaikan persepsi investor asing
terhadap Indonesia.
Dalam survei itu, peringkat Indonesia sebagai tujuan investasi langsung pemodal asing atau foreign direct investment membaik dari posisi 6 di 2011 menjadi di peringkat 4 setelah China, Amerika Serikat dan India.
Bukti membaiknya persepsi investor ini datang dari Inggris sendiri. Business Confidence Index
(BCI) yang dikeluarkan British Chamber of Commerce, menunjukkan tingkat
optimisme pebisnis Inggris terhadap prospek bisnis di Indonesia
mencapai 83 persen. Kamar Dagang Inggris di Indonesia mensurvei 36
perusahaan asal Inggris di berbagai sektor mulai dari manajemen senior
dan para CEO.
"Anggota kami memiliki ekspektasi akan peningkatan
pendapatan dan penjualan, peningkatan investasi dan belanja perusahaan
serta rencana untuk mempekerjakan lebih banyak tenaga kerja," kata
Chairman of Britcham, Haslam Preeston, di Jakarta, Selasa 27 November
2012.
Namun di sisi yang bersamaan, pebisnis asal Inggris melihat
tingkat kemudahan dalam berbisnis masih rendah, hanya 65 persen.
Perbedaan ini menunjukkan adanya kontradiksi dalam lingkungan bisnis
Indonesia.
Rendahnya kemudahan berbisnis di Indonesia disebabkan
masih adanya berbagai tantangan seperti ketidakpastian regulasi,
birokrasi yang kurang efisien, lambatnya pengembangan infrastruktur dan
masalah ketenagakerjaan. British Chamber mengajukan tiga usulan kepada
pemerintah untuk menciptakan iklim bisnis lebih kondusif dan menciptakan
optimisme.
Ketiga usulan tersebut antara lain menyederhanakan
layanan pemerintah, melaksanakan proyek infrastruktur strategis termasuk
sistem komunikasi yang andal, dan meningkatkan konsultasi dan diskusi
antara sektor usaha Indonesia dan internasional.
Kepala Badan
Koordinasi Penanaman Modal Chatib Basri mengapresiasi positif hasil
survei British Chambers. Walaupun terjadi ketimpangan antara kepercayaan
bisnis dan kemudahan dalam berbisnis, itu tidak akan menghalangi mereka
untuk berinvestasi di Indonesia.
"Mereka melihat Indonesia
memang ada masalah namun tidak mencegah mereka untuk datang. Investor
melihat Indonesia masih sebagai negara tujuan investasi dan ini berita
bagus," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar