Netanyahu bakal tegas hadapi Iran, Bennett tidak akui Negara Palestina
Israel hari ini menggelar pemilu legislatif. Pada Pemilu kali ini
Benjamin Netanyahu dari Partai Likud, yang berhaluan konservatif,
dijagokan kembali menang sekaligus memperpanjang jabatan sebagai perdana
menteri.
Semasa kampanye, ungkap kantor berita Reuters, Netanyahu bertekad bakal menuntaskan pembangunan untuk para pemukim Yahudi di wilayah yang dikuasai sejak berakhir Perang 1967 bila terpilih kembali memimpin Israel.
Dia tampak tidak peduli
bahwa wilayah pembangunan itu masih dipersengketakan dengan Palestina,
karena masuk dalam bagian Tepi Barat. Dia pun bakal kian tegas menangani
isu Iran, yang dianggap sebagai ancaman utama Israel saat ini.
Kalangan pengamat memperkirakan bahwa, demi menguasai parlemen dengan suara mayoritas usai pemilu, Partai Likud pimpinan Netanyahu itu bakal melanjutkan aliansinya dengan kubu ultra-nasionalis, Yisrael Beitenu.
Lawan tangguh Netanyahu kali ini adalah seorang miliarder muda, Naftali Bennett. Bila Likud saja sudah diangggap partai konservatif, Partai Rumah Yahudi pimpinan Bennett pun dikenal sebagai pendukung kubu sayap kanan.
Masih berusia 40 tahun, Bennett mendapat dukungan di banyak kalangan anak muda Israel lantaran memiliki pandangan yang radikal ketimbang Netanyahu, terutama untuk isu politik luar negeri. Bennett justru tidak ingin adanya pengakuan atas "Negara Palestina," yang sudah diakui oleh Perserikatan Bangsa Bangsa.
Dia menyebut sikap pemerintahan Israel di bawah PM Netanyahu, yang masih membuka perundingan dengan Palestina soal sengketa wilayah, merupakan kesalahan besar. Bennett justru mendukung penuh penguasaan Israel atas wilayah-wilayah di Tepi Barat, walaupun itu diklaim oleh Palestina.
"Saya berdoa kepada Tuhan untuk memberi saya kekuatan demi menyatukan seluruh Israel dan memulihkan lagi jiwa Keyahudian Israel," ujar Bennett dalam kampanye terakhir di Tembok Ratapan, Yerusalem.
Menghadapi lawannya yang berpandangan ekstrem, kalangan pengamat berspekulasi bahwa kubu Netanyahu bisa jadi mendorong suatu proyek yang membuat citra Israel tampak moderat di mata internasional. Dia bisa juga akan berbagi kekuasan dengan partai-partai kubu tengah, seperti Yesh Atid (Ada Masa Depan).
Sementara itu, Partai Buruh yang beroposisi, berjanji lebih mendorong negosiasi damai dengan Palestina. Bila menang Pemilu, kubu Netanyahu kemungkinan akan lebih fokus pada Iran, musuh sengit Israel.
Kalangan pengamat memperkirakan bahwa, demi menguasai parlemen dengan suara mayoritas usai pemilu, Partai Likud pimpinan Netanyahu itu bakal melanjutkan aliansinya dengan kubu ultra-nasionalis, Yisrael Beitenu.
Lawan tangguh Netanyahu kali ini adalah seorang miliarder muda, Naftali Bennett. Bila Likud saja sudah diangggap partai konservatif, Partai Rumah Yahudi pimpinan Bennett pun dikenal sebagai pendukung kubu sayap kanan.
Masih berusia 40 tahun, Bennett mendapat dukungan di banyak kalangan anak muda Israel lantaran memiliki pandangan yang radikal ketimbang Netanyahu, terutama untuk isu politik luar negeri. Bennett justru tidak ingin adanya pengakuan atas "Negara Palestina," yang sudah diakui oleh Perserikatan Bangsa Bangsa.
Dia menyebut sikap pemerintahan Israel di bawah PM Netanyahu, yang masih membuka perundingan dengan Palestina soal sengketa wilayah, merupakan kesalahan besar. Bennett justru mendukung penuh penguasaan Israel atas wilayah-wilayah di Tepi Barat, walaupun itu diklaim oleh Palestina.
"Saya berdoa kepada Tuhan untuk memberi saya kekuatan demi menyatukan seluruh Israel dan memulihkan lagi jiwa Keyahudian Israel," ujar Bennett dalam kampanye terakhir di Tembok Ratapan, Yerusalem.
Menghadapi lawannya yang berpandangan ekstrem, kalangan pengamat berspekulasi bahwa kubu Netanyahu bisa jadi mendorong suatu proyek yang membuat citra Israel tampak moderat di mata internasional. Dia bisa juga akan berbagi kekuasan dengan partai-partai kubu tengah, seperti Yesh Atid (Ada Masa Depan).
Sementara itu, Partai Buruh yang beroposisi, berjanji lebih mendorong negosiasi damai dengan Palestina. Bila menang Pemilu, kubu Netanyahu kemungkinan akan lebih fokus pada Iran, musuh sengit Israel.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar