Dia kalahkan penantangnya, miliarder muda bernama Naftali Bennett
Perdana
Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berhasil mempertahankan posisi
setelah menang pemilu yang digelar Selasa kemarin. Begitu dipastikan
menang, dia menyatakan bahwa prioritas kebijakan luar negeri Israel saat
ini adalah mengantisipasi ancaman Iran.
"Saya bangga menjadi perdana menteri kalian, dan saya berterimakasih telah diberi kepercayaan untuk kali ketiga memimpin Israel," kata Netanyahu kepada para pendukungnya dalam pidato kemenangan di markas Partai Likud, Tel Aviv, pada Rabu dini hari waktu setempat, ungkap kantor berita Reuters.
Hasil sejumlah hitung cepat menunjukkan bahwa, bersama sekutunya Partai Yisrael Beitenu yang beraliran ultranasionalis, Likud berhasil mempertahankan dominasi di parlemen, yang beranggotakan 120 orang, dengan menguasai 31 kursi.
Kemenangan Likud ini memastikan Netanyahu tetap menjadi perdana menteri. Dia juga berhasil mengalahkan penantangnya, yang merupakan seorang miliarder muda, Naftali Bennett. Bila Likud saja sudah diangggap partai konservatif, Partai Rumah Yahudi pimpinan Bennett pun dikenal sebagai pendukung kubu sayap kanan.
Masih berusia 40 tahun, ungkap stasiun berita BBC, Bennett mendapat dukungan di banyak kalangan anak muda Israel lantaran memiliki pandangan yang radikal ketimbang Netanyahu, terutama untuk isu politik luar negeri. Bennett justru tidak ingin adanya pengakuan atas "Negara Palestina", yang sudah diakui oleh Perserikatan Bangsa Bangsa.
Namun, bagi Netanyahu, Iran kini dipandang sebagai masalah serius. "Tantangan pertama dari dulu dan sekarang adalah mencegah Iran memiliki senjata nuklir," kata Netanyahu dalam pidato kemenangannya.
Iran berkali-kali menegaskan bahwa teknologi nuklir yang mereka kembangkan hanya untuk tujuan damai, seperti pembangunan pembangkit listrik dan riset ilmiah. Namun Israel, seperti halnya AS, tetap tidak percaya.
Netanyahu malah curiga bahwa pertengahan tahun ini Iran sudah bisa membuat uranium yang cukup untuk dijadikan senjata nuklir. Ini membuat Israel menjadi khawatir karena bisa sewaktu-waktu dihantam Iran dengan rudal berhulu ledak nuklir.
"Saya bangga menjadi perdana menteri kalian, dan saya berterimakasih telah diberi kepercayaan untuk kali ketiga memimpin Israel," kata Netanyahu kepada para pendukungnya dalam pidato kemenangan di markas Partai Likud, Tel Aviv, pada Rabu dini hari waktu setempat, ungkap kantor berita Reuters.
Hasil sejumlah hitung cepat menunjukkan bahwa, bersama sekutunya Partai Yisrael Beitenu yang beraliran ultranasionalis, Likud berhasil mempertahankan dominasi di parlemen, yang beranggotakan 120 orang, dengan menguasai 31 kursi.
Kemenangan Likud ini memastikan Netanyahu tetap menjadi perdana menteri. Dia juga berhasil mengalahkan penantangnya, yang merupakan seorang miliarder muda, Naftali Bennett. Bila Likud saja sudah diangggap partai konservatif, Partai Rumah Yahudi pimpinan Bennett pun dikenal sebagai pendukung kubu sayap kanan.
Masih berusia 40 tahun, ungkap stasiun berita BBC, Bennett mendapat dukungan di banyak kalangan anak muda Israel lantaran memiliki pandangan yang radikal ketimbang Netanyahu, terutama untuk isu politik luar negeri. Bennett justru tidak ingin adanya pengakuan atas "Negara Palestina", yang sudah diakui oleh Perserikatan Bangsa Bangsa.
Namun, bagi Netanyahu, Iran kini dipandang sebagai masalah serius. "Tantangan pertama dari dulu dan sekarang adalah mencegah Iran memiliki senjata nuklir," kata Netanyahu dalam pidato kemenangannya.
Iran berkali-kali menegaskan bahwa teknologi nuklir yang mereka kembangkan hanya untuk tujuan damai, seperti pembangunan pembangkit listrik dan riset ilmiah. Namun Israel, seperti halnya AS, tetap tidak percaya.
Netanyahu malah curiga bahwa pertengahan tahun ini Iran sudah bisa membuat uranium yang cukup untuk dijadikan senjata nuklir. Ini membuat Israel menjadi khawatir karena bisa sewaktu-waktu dihantam Iran dengan rudal berhulu ledak nuklir.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar