Pemerintahan Jokowi Belum Siap Hadapi Masalah Jakarta
Banjir, genangan air, kemacetan, sampah. Semua belum tertanggulangi.
Fraksi Partai Golkar DPRD
DKI Jakarta memberikan catatan refleksi akhir tahun mengenai Pemerintah
Provinsi DKI Jakarta selama dua bulan di bawah kepemimpinan Gubernur
Joko Widodo.
Ketua Fraksi Partai Golkar DPRD DKI Jakarta, Ashraf Ali, mengatakan pemerintahan Jokowi
belum berjalan maksimal, terutama dalam menangani masalah banjir,
genangan air, kemacetan, dan sampah yang menumpuk di ibu kota.
“Kenaikan
debit sungai Ciliwung dan Pesanggrahan menyebabkan banjir di beberapa
wilayah yang merendam 2.425 rumah. Sebanyak 7.307 warga juga mengungsi
akibat banjir,” ujar Ashraf, 27 Desember 2012. Apabila Pemprov DKI tidak
mengeruk sungai secara berkelanjutan, maka banjir akan terus terjadi di
Jakarta.
Sementara mengenai masalah pengelolaan sampah, Ashraf
mengatakan Dinas Kebersihan DKI selama ini kerepotan mengelola sampah
yang dihasilkan warga Jakarta. Volume sampah yang dihasilkan warga
Jakarta sangat besar, mencapai 6.500 ton atau setara dengan 28 ribu
meter kubik.
Masalah sampah ini merupakan persoalan klasik sejak
pemerintahan gubernur sebelumnya. “Pemprov DKI baru mampu mengatasi 87
persen dari total sampah. Sisanya sebanyak 13 persen terpaksa dibiarkan
di lokasi. Sungai dan saluran air malam menjadi tempat membuang sampah,”
kata Ashraf.
Pemprov DKI belum melibatkan peran aktif masyarakat
untuk menjaga lingkungan dan membuang sampah pada tempatnya. Saat ini
yang ada hanya imbauan tanpa sanksi tegas. “Pemprov juga tidak
menyediakan sarana pembuangan sampah di sekitar sungai, pasar, atau
tempat rekreasi,” ujar Ashraf.
Mengenai masalah kemacetan,
Ashraf menilai jumlah kendaraan pribadi dengan luas jalan tidak
seimbang. Akibatnya kemacetan terjadi dan biaya sosial yang terbuang di
jalan mencapai Rp68 triliun per tahun.
“Pemprov DKI harus duduk
bersama dengan Ditlantas Polda Metro, LSM, dan industri kendaraan
bermotor untuk mencari solusi masalah kemacetan,” kata dia.
Di
sektor pendidikan, Kartu Jakarta Pintar telah berjalan. Golkar
mewanti-wanti agar program itu terus diawasi supaya tidak ada
penyimpangan. Kartu ini dinilai rentan disalahgunakan oleh para siswa
yang memegangnya.
“Perlu ada petunjuk teknis agar pelaksanaan
program sesuai dengan rencana. Harus diawasi dan dievaluasi, karena
siswa dapat uang langsung. Apakah benar uang itu untuk dibelanjakan
keperluan sekolah atau untuk main- main,” kata Ashraf.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar