Usahakan Pertamina mayoritas, kalau minoritas mundur saja.
Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (Meneg BUMN) meminta agar PT
Pertamina menjadi pemegang saham mayoritas dalam Joint Venture Company
(JVC) Kilang Bojanegara yang bernama Banten Bay Refiney.
Perusahaan patungan yang berlokasi di Banten ini terdiri dari Pertamina, NIORDC, Petrofield dan STX Pan Ocean Co. Ltd, perusahaan asal Korea Selatan yang juga menyatakan berminat bergabung.
Sekretaris Menteri Negara BUMN Said Didu mengatakan kalau Pertamina tidak menjadi mayoritas lebih baik mundur dari kerja sama tersebut.
"Usahakan Pertamina mayoritas, kalau minoritas mundur saja," ujar dia di sela Acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Persatuan Insiyur Indonesia (PII) di Hotel Mulia Senayan, Jakarta 28 Juli 2009.
Menurut dia, perseroan migas tersebut memiliki peluang untuk mewujudkan menjadi mayoritas karena tingkat leveragenya masih tinggi.
Seperti diketahui, sebelumnya Pertamina mendapatkan bagian saham (share) 40 persen dalam pembangunan kilang pengolahan bahan bakar minyak (BBM) di Bojanegara, Banten. Namun, jika STX masuk, maka penyertaan Pertamina bisa berkurang.
Rencana pembangunan kilang berkapasitas 300.000 barel perhari itu sudah direncanakan sejak beberapa tahun lalu. Pada tahap awal, Kilang Banten
akan dibangun dengan kapasitas 150.000 barel per hari yang mengolah minyak mentah jenis Iranian Extra Heavy Crude sebesar 50 persen dan Iranian Heavy Crude 50 persen yang seluruhnya dipasok NIORDC.
Pembangunan kilang tahap pertama ditargetkan mulai berlangsung tahun 2010 dengan jadwal produksi tahun 2014. Produk kilang yang didisain menghasilkan gasoline ON 90/95, diesel oil, fuel oil, avtur, elpiji, coke, sulfur, dan petrokimia akan diprioritaskan antara 70-100 persen buat pasar domestik dan sisanya diekspor sesuai standar Euro IV.
Kilang yang dibangun di atas lahan milik PT Pelindo II di Bojanegara, Banten itu mendapat pasokan gas 110 MMSCFD dari PT PGN Tbk dan PT BAGS dan listrik sebesar lima MW dari PT PLN.
Perusahaan patungan yang berlokasi di Banten ini terdiri dari Pertamina, NIORDC, Petrofield dan STX Pan Ocean Co. Ltd, perusahaan asal Korea Selatan yang juga menyatakan berminat bergabung.
Sekretaris Menteri Negara BUMN Said Didu mengatakan kalau Pertamina tidak menjadi mayoritas lebih baik mundur dari kerja sama tersebut.
"Usahakan Pertamina mayoritas, kalau minoritas mundur saja," ujar dia di sela Acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Persatuan Insiyur Indonesia (PII) di Hotel Mulia Senayan, Jakarta 28 Juli 2009.
Menurut dia, perseroan migas tersebut memiliki peluang untuk mewujudkan menjadi mayoritas karena tingkat leveragenya masih tinggi.
Seperti diketahui, sebelumnya Pertamina mendapatkan bagian saham (share) 40 persen dalam pembangunan kilang pengolahan bahan bakar minyak (BBM) di Bojanegara, Banten. Namun, jika STX masuk, maka penyertaan Pertamina bisa berkurang.
Rencana pembangunan kilang berkapasitas 300.000 barel perhari itu sudah direncanakan sejak beberapa tahun lalu. Pada tahap awal, Kilang Banten
akan dibangun dengan kapasitas 150.000 barel per hari yang mengolah minyak mentah jenis Iranian Extra Heavy Crude sebesar 50 persen dan Iranian Heavy Crude 50 persen yang seluruhnya dipasok NIORDC.
Pembangunan kilang tahap pertama ditargetkan mulai berlangsung tahun 2010 dengan jadwal produksi tahun 2014. Produk kilang yang didisain menghasilkan gasoline ON 90/95, diesel oil, fuel oil, avtur, elpiji, coke, sulfur, dan petrokimia akan diprioritaskan antara 70-100 persen buat pasar domestik dan sisanya diekspor sesuai standar Euro IV.
Kilang yang dibangun di atas lahan milik PT Pelindo II di Bojanegara, Banten itu mendapat pasokan gas 110 MMSCFD dari PT PGN Tbk dan PT BAGS dan listrik sebesar lima MW dari PT PLN.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar