Mantan Menpora Adhyaksa Dault mengaku telah dihubungi Roy Suryo.
Mantan Menteri Pemuda dan
Olahraga, Adhyaksa Dault menilai terpilihnya Roy Suryo sebagai Menpora
baru oleh Presiden Susilo Bambang Yudhyono karena dianggap sebagai sosok
yang minim konflik. Dia mengaku Roy Suryo telah menghubunginya. Dalam
pembicaraan itu, Roy menuturkan ingin menanyakan berbagai hal menyangkut
jabatan barunya.
"Jadi Roy Suryo, menurut
saya adalah orang yang tahu bahwa dirinya tidak tahu, tapi dia mau tahu.
Maka dia orang bersahaja, kita harus dekati dia. Dia mengakui bahwa dia
tidak punya kapasitas di bidang olahraga dan pemuda, tapi dia mau
mendengar. Kita jangan pesimis, kita harus optimis. Karena figurnya ini
mau membuka diri dan belajar. Kalau dia sok tahu baru itu bahaya,"
ujarnya.
Meski jabatan Menpora
bertolak belakang dengan keahlian Roy, Adhyaksa mengaku yakin pakar
telematika itu mampu belajar dengan cepat. "Karena dia mau bertanya.
Yang paling repot kalau orang jadi pejabat tapi tak mau bertanya. Saya
sudah sampaikan yang penting itu satu, sampeyan harus tegas dan berani,"
ujarnya.
Pesan utama Adhyaksa
kepada Roy itu terkait kondisi internal. Kemenpora saat ini tengah
menjadi sorotan sejak mantan Menpora Andi Mallarangeng menjadi tersangka
pada kasus dugaan korupsi proyek Hambalang.
"Waktu saya jadi Menpora,
cuma dapat Rp75 miliar dari Diknas. Ketika Roy Suryo menjadi Menpora,
dia sudah mendapat Rp1,9 triliun. Nah, ini jangan sampai ada kebocoran
lagi. Ketegasan di internal itu diperlukan. Jangan sampai ada main-main
lagi. Kasihan ini olahraga pemuda," ungkapnya.
Dia mengungkapkan,
kemelut PSSI juga menjadi PR utama Roy. "Saya sudah sampaikan kepada
beliau PSSI yang mendorong Arifin Panigoro, KPSI itu pak Nirwan Bakrie.
Kalau soal Sea Games itu saya kira tidak bisa seperti membalikkan
telapak tangan, yang penting ketegasan untuk internal dan eksternal,"
ujarnya.
Sisa waktu Kabinet
Indonesia Bersatu Jilid II yang hanya tinggal 1,5 tahun ini, menurut
Adhyaksa tidak bisa membuat Roy banyak melakukan perubahan. Namun,
paling tidak bisa mengembalikan lagi track olahraga dan timbul kepercayaan diri bahwa olahraga memiliki pemimpin.
"Karena menurut UU No 3
Tahun 2005 yang saya buat dulu, penanggungjawab tertinggi olahraga itu
ada di tangan Menpora. Oleh karena itu kalau tidak ada menterinya tentu
seperti anak kehilangan induk. Kalau Mas Roy ini tegas seperti yang saya
harapkan, dan membuka komunikasi terus, dia akan cepat," tuturnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar