Selamat Datang di Website blogger Jhon Demos Silalahi

9 Jan 2013

Industri Ini Terancam Bangkrut karena Tarif Listrik Naik

Jenis usaha ini berada pada posisi dilematis atas kenaikan TTL.

 Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyatakan, kenaikan tarif tenaga listrik bakal memberatkan kalangan industri di Bali. Terutama, industri manufaktur yang terancam bangkrut.

Ketua Apindo Bali, Panundiana Kuhn, mengungkapkan kenapa industri manufaktur paling terkena dibandingkan industri lain, terutama pariwisata. Sebab, industri pariwisata sudah menaikkan tarif kamar sebesar 10-15 persen, jauh sebelum isu tarif listrik naik.
"Kenaikan tarif listrik itu tidak berdampak pada kebutuhan pasar. Sebab, sebagai destinasi pariwisata dunia, harga kamar di Bali masih relatif murah dibanding negara lain," ujarnya.
Kuhn menuturkan, tarif kamar hotel bintang lima di negara lain tidak kurang dari US$400. Sementara itu, di Bali, dengan kualitas dan standar yang sama hanya dibanderol US$100 per malam. "Bali destinasi dunia, dengan harga yang juga termurah di dunia," tambahnya.
Sebaliknya, dia melanjutkan, kenaikan tarif tenaga listrik yang berlaku per 1 Januari 2013 itu justru berdampak signifikan bagi industri manufaktur Bali, seperti kerajinan kayu, suvenir, perak, serta berbagai industri rumah tangga lainnya. 
Menurut Kuhn, jenis usaha ini berada pada posisi dilematis atas kenaikan tarif listrik. "Mau menaikkan harga produk, takut kehilangan pasar karena banyak persaingan. Di sisi lain, mau mempertahankan harga yang stabil, biaya produksi akan terbebani," ujarnya.
Cepat atau lambat, menurut dia, akan banyak usaha yang bangkrut. Tentunya, ancaman pemutusan hubungan kerja juga menghantui. 
Solusinya, Kuhn melanjutkan, pemerintah harus memberikan proteksi sektor industri manufaktur dengan cara apa pun. Seperti di banyak negara lain, pengusaha yang disubsidi bukan sebaliknya. 
"Indonesia ini memang aneh, kenaikan tarif listrik justru dikenakan pada pengusaha," ujarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar