Ibarat gadis cantik yang malu-malu dan lebih sering mengurung diri di
rumah, PT Dirgantara Indonesia terus mendapatkan pinangan dari berbagai
perusahaan penerbangan manca negara. Pinangan terbesar datang dari
Konsorsium industri dirgantara Eropa, EADS (European Aeronautic Defence
and Space Company). EADS merupakan penggabungan dari: Arospatiale-Matra
(Perancis), Dornier GmbH dan DaimlerChrysler Aerospace AG (DASA) Jerman;
serta Construcciones Aeronuticas SA (CASA) Spanyol. Mereka meminang PT
DI agar menjadi pemasok komponen skala besar pesawat-pesawat buatan
EADS.
Pinangan EADS ini terkait dengan program regionalisasi industri EADS
yang menetapkan 50 persen pembuatan komponen-komponen produk, dilakukan
langsung di kawasan pemasaran. Untuk Asia-Pasifik, EADS mempertimbangkan
PT DI.
11 Juni 2012 EADS mengutus dua petingginya ke PT DI, Philippe Advani
(Vice President Global Sourcing Network) dan Pierre Guillet (Deputy
President Director for Marketing Survey), disertai 20 kepala perwakilan
EADS dari berbagai negara. Mereka memantau fasilitas dan kapabilitas PT
DI dalam mengerjakan pembuatan komponen pesawat CN 235, C 295 dan
berbagai komponen pesanan Airbus.
Kerjasama PT DI dengan EADS sebenarnya sudah berlangsung walau belum
dalam skala besar/ massal. PTDI kini mengerjakan komponen
pesawat-pesawat unggulan EADS. Dalam proyek Airbus A-380, PTDI merupakan
pemasok tunggal untuk komponen Inboard Outer Fixed Leading Edge (IOFLE)
yang merupakan bagian akar dari sayap A-380. Pesawat Airbus itu tidak
akan bisa terbang tanpa komponen buatan PT DI. PT DI telah mengapalkan
125 komponen IOFLE atau 36 persen dari jumlah kontrak. Target pengiriman
36 set per tahun, sesuai kontrak tahun 2002.
Sementara dalam proyek Airbus A-320 /A-321, PT DI bukan saja membuat
(manufacturing), tetapi juga terlibat dalam perakitan (assembling)
untuk D-Nose, Pylon dan Leading Edge. kontrak kerjasama dimulai tahun
2005 dan berakhir tahun 2015 dengan pengiriman komponen sebanyak 365 set
per tahun.
Sementara dalam proyek pesawat penumpang masa depan Airbus A-350, PT
DI mengerjakan komponen untuk Root End Fillet Fairing (REFF) untuk
pemesanan 805 set dengan rencana pengiriman 51 set per tahun. Kontrak
kerjasama dilakukan PT DI dengan Spirit AeroSystem , Inggris, tahun
2010.
Khusus untuk Airbus A350, PT DI juga mendapatkan pekerjaan rancang
bangun (engineering-designing). “Kami melihat itu sebagai tantangan,
peluang bisnis besar yang harus diambil,” kata Asisten Dirut PT DI
Bidang Sistem Manajemen Mutu Perusahaan, Sonny Saleh Ibrahim.
Tidak itu saja. PT DI juga ditunjuk oleh Airbus Military sebagai
produsen tunggal pesawat C212-400 satu-satunya di dunia. Seluruh
fasilitas produksi untuk C212-400 telah dipindahkan dari San Pablo,
Spanyol, ke PT DI di Bandung. Pesawat C212-400 merupakan pesawat
multiguna sipil dan militer jarak pendek, berpenumpang maksimum 26
orang.
Airbus Military selanjutnya akan fokus pada pembuatan pesawat terbang
berbadan lebar AM-400 sekelas dengan C-130 Hercules. Kerjasama
pemindahan industri Airbus Military dari Eropa ke Indonesia itu
diperbaharui tahun 2011.
Saat ini pun PT DI telah disibukkan dengan pengiriman
komponen-komponen kebutuhan Airbus setiap minggunya untuk EADS. PT DI
telah membuat 20 jenis komponen untuk pesawat pesawat EADS dan akan
ditingkatkan menjadi 60 komponen. EADS merasa yakin dengan kemampuan PT
DI, karena telah bekerjasama selama 35 tahun.
Albatros Aviation
Tidak hanya industri pembuat pesawat yang tertarik dengan PT DI. Agen
penjualan dan perawatan pesawat, Albatros Aviation, Swiss juga tertarik
bekerjasama dengan PT DI dan telah melakukan kunjungan. Albatros
memiliki pasar di Amerika Latin, Afrika dan Asia. Mereka menjajaki PT DI
sebagai mitra perawatan helikopter: Bell 412, Mi-2, Mi-17, Mi-24/Mi-35,
dan Enstrom.
“Mereka sempat terkagum-kagum ketika meninjau fasilitas dan
kapabilitas PT DI, karena kemampuan dan permesinan yang kita miliki
tidak seperti yang mereka bayangkan,” ujar Sonny.
Tawaran untuk kerja sama juga datang dari pembuat pembuat pesawat
Sukhoi Superjet 100. Sukhoi Rusia menginginkan agar PT DI membuat bagian
ekor Sukhoi Superjet 100. Hampir pasti, PT DI akan menjadi salah satu
pemasok komponen Sukhoi Superjet 100 dan PT DI sedang menyiapkan jadwal
untuk merealisasikannya.
Belum lagi order dari dalam negeri. PT DI sedang disibukkan untuk
mempercepat perakitan 7 pesawat C 295 yang dipesan TNI AU sebagai
pengganti Fokker 27 ke EADS Spanyol. Kontrak kerjasama dengan EADS, 2
pesawat C 295 diproduksi di Spanyol dan 7 sisanya di PT DI. “Kami sudah
masuk gigi tiga untuk produksi C 295 karena harus mengejar waktu
penyelesaian sembilan pesawat pada akhir 2014,” ujar Sonny Saleh
Ibrahim.
PT DI juga harus menyelesaikan 30 helikopter Bell 412 EP yang
ditargetkan pemerintah rampung tahun 2014. “Tenggat waktu yang diingikan
pemerintah untuk menuntaskan pemesanan 40 unit pesawat, pada 2014,
tergolong singkat. “Saya kira, proses pengerjaannya butuh waktu minimal
tiga tahun. Dananya pun besar. Tapi, kami berupaya keras menyelesaikan
dan memenuhi pemesanan tersebut,” ujar Dirtektur PT DI Budi Santoso.
Saat ini PT DI telah menyerahkan tiga unit helikopter Bell 412 EP
kepada Kementerian Pertahanan. Menurutnya membuat satu unit helikopter
Bell 412 EP atau C 295, membutuhkan waktu sekitar 14 bulan. Belum lagi
PT DI juga sedang terlibat kerjasama pembuatan pesawat tempur masa depan
KFX/IFX dengan Korea Selatan.
Dari penuturan Budi Santoso, tersirat PT DI mulai kewalahan memenuhi
pesanan karena skema bisnis PT DI belum mencapai tingkatan perusahaan
produksi massal. Mampukah Indonesia membesarkan PT DI yang sedang tumbuh
dengan pesat atau peluang-peluang itu akan dilewatkan menjadi business
as usual ?. Kesempatan yang diberikan dunia untuk Indonesia melalui PT
DI sangat besar. Masalahnya, sejauhmana Indonesia mau meladeni tawaran
tersebut, agar bisa mengikuti langkah EADS dan Sukhoi dalam bisnis
penerbangan. Sudah waktunya Need for Speed PT DI, untuk peningkatan
skala bisnis dan produksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar