Selamat Datang di Website blogger Jhon Demos Silalahi

22 Jan 2013

Uji Ketangguhan Pilot Sukhoi Indonesia Vs Super Hornet Australia

Dalam minggu ini ada satu berita mengenai militer Indonesia yang menurut saya sangat menarik dan saya sangat menaruh minat yang besar akannya. Berita yang saya maksud adalah berita mengenai keikut sertaan Angkatan Udara Indonesia dalam latihan angkatan udara beberapa negara yang dilakukan di Australia. Event ini disebut dengan Picth Black 2012. Latihan Pitch Black ini di jadwalkan akan diadakan pada tanggal 27 July sampai pada 17 Agustus 2012. Dan tempat latihan akan diadakan di kawasan Utara Australia.

Sukhoi Su-30 MK2
Sukhoi Su-30 MK2 TNI AU

Dalam latihan dengan sandi Pitch Black 2012 ini akan di ikuti oleh angkatan udara dari Australia, Amerika Serikat, Singapura, Indonesia dan Thailand. Pada latihan ini juga akan di simulasikan pertarungan udara antar angkatan udara yang terlibat dalam latihan ini. Namun jenis pertarungan yang akan dilakukan dan negara mana yang akan melawan negara mana itu, saya sebagai admin AnalisisMiliter.com belum mendapatkan informasi akuratnya.

Dalam latihan ini juga akan melibatkan sekitar 94 pesawat, dimana diantaranya Australia dengan F/A-18 Super Hornet dan F/A-18 Hornet, Singapura dengan F-16 C/D dan F-15 mereka, Thailand dengan F-16 A/B mereka. Amerika Serikat sepertinya juga mengikutkan F/A-18 C Hornet milik US Navy. Indonesia sendiri mengirimkan Sukhoi dalam latihan ini. Selain pesawat Fighter, masing-masing AU juga menyertakan beberapa pesawat pendukung lainnya, seperti Singapura yang mengikutkan pesawat KC-135 Refulling Aircraft dan Gulfstream G550, Australia mengikutkan C-17, C-130 dan Wedgetail AEW&C, Indonesia mengikutkan C-130 serta Amerika Serikat mengikutkan KC-130 J. Dari list pesawat yang turut serta dalam latihan ini, bisa dikatakan bahwa skala latihan ini bisa dikatakan adalah sebuah latihan yang sangat besar.
F/A-18F Super Hornet Australia
 
Dari semua Fighter yang turut serta dalam latihan ini bisa dikatakan merupakan pesawat-pesawat kelas wahid yang menjadi tulang punggung masing-masing negara. Australia mengeluarkan pesawat terbaik milik mereka saat ini yaitu F/A-18 Super Hornet. Singapura juga mengikutsertakan Heavy Fighter mereka yaitu F-15 SG. Angkatan Laut Amerika Serikat juga tidak mau ketinggalan dengan F/A-18 C Hornet mereka. Thailand juga menyertakan F-16 A/B mereka, tidak diketahui apakah ini F-16 yang sudah di MLU atau belum. Sangat disayangkan Thailand tidak menyertakan pesawat Grippen mereka. Namun yang paling menarik sebenarnya bukan list pesawat dari negara-negara tersebut, malah yang menarik perhatian adalah Indonesia yang menurunkan jet Fighter terbaiknya yaitu Sukhoi

Keikutsertaan Sukhoi Indonesia dalam latihan Pitch Black 2012 ini begitu menarik perhatian banyak pihak. Tidak hanya bagi Indonesia dan Australia dan negara peserta Picth Black 2012 lainnya, namun negara lain juga menaruh perhatian besar atas keikutsertaan Sukhoi ini. Bahkan keikutsertaan Sukhoi ini lebih menjadi bahan berita yang menonjol di bandingkan dengan keikutsertaan F/A-18 Hornet US Navy maupun F-15 SG Singapura. Kenapa Sukhoi begitu menarik perhatian? Jawabannya adalah karena Sukhoi ini adalah satu-satunya jet Fighter peserta latihan yang bukan buatan negara Barat. Jika fighter lainnya adalah buatan Amerika Serikat, maka Sukhoi adalah buatan Rusia. Selain itu, yang membuatnya menarik adalah ini adalah pertama kalinya Indonesia mengikutsertakan Sukhoi dalam latihan dengan negara lain. Biasanya Indonesia hanya menyertakan F-16 A/B dalam latihan dengan negara lain atau malah terkadang menggunakan F-5 E/F.



Kenapa Indonesia mengutus Sukhoi, bukan F-16?

Seperti berita di beberapa media yang di rilis media, bahwa Indonesia mengutus 4 Sukhoi-30 untuk mengikuti latihan Pitch Black 2012 ini di Australia. Jumlah pastinya memang belum di konfirmasi oleh pihak TNI AU, namun di media disebutkan 4 Su-30 di ikut sertakan. Maka kemungkinan dari 4 Sukhoi ini, pasti ada Su-30 MK2 (mengingat jumlah Sukhoi-30 Indonesia hanya 5 pesawat yang terdiri dari 2 Su-30 MK dan 3 Su-30 MK2). Keikutsertaan Su-30 MK2 dalam latihan ini menunjukkan bahwa Indonesia benar-benar mengutus fighter kelas satu Indonesia kesana. Namun ada berita baik (mungkin buruk juga), Indonesia tidak mengutus Sukhoi-27 SKM yang merupakan salah satu pesawat Air Superiority terbaik di dunia saat ini.
SU-30MK2 Indonesia
SU-30MK2 Indonesia

Lalu pertanyaannya adalah, kenapa Indonesia mengutus Sukhoi-30 bukan F-16 A/B seperti yang biasanya dilakukan oleh TNI AU? Banyak sekali factor yang bisa mempengaruhi keputusan ini. Pihak Indonesia dalam hal ini Kemenhan dan TNI AU pasti sudah memiliki pemikiran yang matan dan sudah mempertimbangkan baik buruknya menyertakan Sukhoi ini. Nah dari beberapa rilis media yang saya baca, pihak TNI AU ingin mengasah kemampuan pilot-pilot Sukhoi dengan melakukan latihan dengan pesawat-pesawat yang ‘mungkin’ menjadi lawan sepadan mereka di dalam ‘perang nyata’ dimasa yang akan datang. Selama ini pilot-pilot Sukhoi belum pernah menghadapi latihan sebesar dengan lawan seperti ini sebelumnya. Maka keikutsertaan Sukhoi ini akan sangat bermanfaat bagi angkatan udara Indonesia.

Saya sendiri bertanya-tanya, apakah keikutsertaan Sukhoi ini ada kaitannya dengan Hibah 4 pesawat angkut C-130 H dari Australia ke Indonesia? Tidak ada sumber valid yang bisa dijadikan rujukan untuk menjawab pertanyaan ini, namun kemungkinannya bisa saja terjadi. Namun, benar atau tidak kaitan keduanya, biarlah itu tetap menjadi ranah rahasia negara. Karena terlepas dari ada atau tidaknya kaitan keduanya, keikutsertaan Sukhoi ini tentu memberikan dampak positif bagi TNI AU (disamping dampak negative lain tentunya)



Plus dan Minus dari dampak keikutsertaan Sukhoi dalam Pitch Black 2012.

Keikutsertaan Sukhoi ini pasti memiliki dampak yang positif bagi angkatan udara Indonesia, namun dilain sisi juga bisa memberikan dampak negative bagi Angkatan Udara Indonesia juga. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, keikutsertaan sukhoi ini akan memberikan dampak Positif bagi Indonesia, dimana armada Sukhoi mendapat kesempatan untuk berlatih dengan lawan yang sepadan dari banyak negara sekaligus. Ini akan menambah pengalaman dan juga memberikan pelajaran berharga bagi TNI AU. Namun di baliknya, dampak negatifnya juga bisa ada. Salah satunya adalah negara lain peserta Picth Black juga akan mendapat kesempatan mengetahui karakteristik dari Sukhoi ini secara langsung. Jika selama ini mereka hanya bisa mengamati Sukhoi dari ‘kejauhan’, maka sekarang Sukhoi ada bersama mereka. Tentunya, mereka akan memanfaatkan moment ini untuk mencari dan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai kehebatan dan kelemahan Sukhoi Indonesia ini.

Namun apaun di balik plus dan minus nya, kita perlu memberikan apresiasi atas ikutnya Sukhoi ini dalam Picth Black ini. Jika negara lain akan mendapatkan kesempatan mengenal Sukhoi Indonesia, maka Sukhoi Indonesia juga mendapat kesempatan yang juga besar untuk mengenal fighter-fighter negara lain seperti F-15 Singapura, F/A-18 Hornet dan Super Hornet. Mudah-mudahan Picth Black ini akan memberikan dampak positif bagi TNI AU.


Sukhoi Indonesia Vs Super Hornet Australia.
Tidak bisa dipungkiri bahwa Australia sudah lama menaruh perhatian besar terhadap kehadiran Flanker Familiy di Indonesia. Bahkan ada rumor berkembang yang mengatakan bahwa Australia ‘keberatan’ dengan rencana Indonesia mengakuisis 1 Skuadron Su-30 KI sekitar tahun 1997 dulu. Rencana ini akhirnya batal, karena krisis moneter akhirnya menyerang Indonesia. Kontrak pembelian 1 Skuadron Su-30 KI ketika itu akhirnya batal. Namun tidak hanya sampai disitu, ketika Indonesia pertama sekali mendatangkan 4 Sukhoi (2 Su-27 SK dan 2 Su-30 MK), Australia juga menaruh perhatian besar atasnya. Ditambah lagi ketika Indonesia menambah jumlah Sukhoi menjadi 10 pesawat dengan mendatangkan 6 Sukhoi (3 Su-30 MK3 dan 3 Su-27 SKM) pada 2009 dan 2010 lalu. Ditambah lagi fakta bahwa saat ini Indonesia juga sudah memesan 6 Su-30 MK2 dari Rusia.
Pilot Pesawat Tempur Sukhoi TNI AU
Pilot Pesawat Tempur Sukhoi TNI AU

Armada Sukhoi Indonesia ini begitu menarik perhatian media dan pemerintah Australia. Hal ini dikarenakan Reputasi Sukhoi yang sangat disegani bahkan oleh pesawat sekelas F-15 Amerika sekalipun. Nah, Australia yang sebelum kehadiran Sukhoi di Indonesia selalu memiliki kekuatan Udara yang jauh lebih menggetarkan di bandingkan Indonesia, akhirnya merasakan bahwa Sukhoi ini memberikan efek gentar yang sangat besar bagi mereka. Memang saat ini jumlah Sukhoi Indonesia masih minim, namun efeknya sungguh membuat mereka tidak lagi bisa mendikte Indonesia dengan sembarangan. Sebelum kehadiran Sukhoi di Indonesia, kita bisa melihat betapa Australia (yang merasa memiliki AU yang jauh lebih kuat) mendikte Indonesia dalam kasus Timor Timur. Bahkan dalam satu masa ketika itu, Australia mengirimkan F-18 mereka ke wilayah Indonesia yang hanya bisa di cegat oleh Hwak-209 TNI AU. Ketika itu Indonesia sedang mengalami embargo militer, yang membuat AU Indonesia begitu lemah.

Sekarang, kehadiran Sukhoi yang bermarkas di Makassar, akan membuat Australia berpikir berulang kali sebelum memutuskan untuk memprovokasi Indonesia lagi. Dulu mereka berani mengirimkan F-18 karena tau Indonesia ‘hanya’ di jaga Hwak-209 (F-16 A/B dan F-5 mengalami penurunan karena spare part di embargo Amerika). Sekarang mereka tidak akan berani mengirimkan F-18 mereka untuk menghadapi Sukhoi Indonesia jiga tujuannya hanya untuk melakukan provokasi seperti dahulu kala.

Nah saat ini Australia merasakan bahwa Sukhoi Indonesia merupakan lawan terberat mereka saat ini, dan fakta bahwa dari segi kedekatan geografis, Indonesia adalah negara yang paling bisa memberikan ancaman nyata bagi mereka. Dan dilain sisi, Australia dan Indonesia sering sekali mengalami perbedaan pandangan dalam berbagai masalah seperti masalah Timor Timur, dan masalah teritori kedua negara, yang memungkinkan Indonesia dan Australia mengalami konflik suatu saat ini. Nah jika terjadi konflik saat ini, maka bisa dipastikan bahwa Australia harus mengandalkan F/A-18 Super Hornet mereka untuk menghadapi armada Sukhoi Indonesia.

Nah inilah yang ingin sekali di simulasikan oleh Australia dalam latihan Picth Black 2012 ini. Media dan public Australia begitu sangat tertarik untuk mengetahui apakah armada Super Hornet mereka bisa mengalahkan armada Sukhoi Indonesia. Hal ini tidak terlepas dari pendapat beberapa analisis militer Australia yang mengtakan bahwa Australia akan menghadapi masalah besar jika harus menghadapi Sukhoi Indonesia. Belum lagi ambisi Australia yang ingin mejadi kekuatan militer di kawasan Facifik yang mungkin akan harus berhadapan dengan India dan China. Kita tau, bahwa baik China dan India juga mengandalkan armada Sukhoi dalam angkatan udara mereka. Sukhoi India mungkin sedikit berbeda dengan Sukhoi Indonesia, namun Sukhoi China bisa dikatakan merupakan ‘kembaran’ Sukhoi Indonesia. Nah dengan melakukan latihan antara F/A-18 Super Hornet mereka dengan Sukhoi Indonesia, Australia mendapatkan manfaat besar karena selain mengetahui kekuatan Indonesia, mereka juga mendapatkan gambaran umum mengenai kekuatan armada Sukhoi India dan China sekaligus.

Namun bagi Indonesia sendiri tidak sedikit yang diperoleh dari latihan Pitch Black ini. Selain menghadapi Super Hornet Australia, Indonesia juga mungkin akan mencicipi kesempatan menghadapi kekuatan Angkatan Udara Singapura. Kesempatan mengadu Sukhoi Indonesia dengan F-16 C/D dan F-15 SG Singapura adalah sebuah kesempatan berharga bagi TNI AU. Selain itu juga, kesempatan mengadu Su-30 dengan F/A-18 Hornet milik US Navy adalah sebuah kesempatan berharga sehingga TNI AU bisa belajar banyak dari latihan ini nantinya. Kesempatan Sukhoi menghadapi ‘calon lawan’ mereka di ‘konflik’ di masa yang akan datang akan membuat TNI AU belajar banyak darinya.

Sekarang mari kita berdoa agar latihan Picth Black ini akan memberikan banyak hal positif bagi TNI AU. Selain itu, mudah-mudahan TNI AU juga tidak terlalu ‘lugu’ dengan membuka semua rahasia di balik Sukhoi Indonesia ini. Saya berharap dan saya percaya, bahwa TNI AU tidak akan membuka semua tabir gelap mengenai Sukhoi Indonesia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar