Selamat Datang di Website blogger Jhon Demos Silalahi

22 Jan 2013

Torpedo Sting Ray Korvet Nakhoda Ragam


Welcome Nakhoda Ragam. Tiga korvet Nakhoda Ragam Class buatan Inggris, segera bergabung dengan Angkatan Laut Indonesia setelah dibeli seharga 380 juta USD dari Galangan Kapal Lursen Jerman. Pakistan sempat berminat membeli 3 korvet itu, namun batal karena harganya tidak bisa turun dari 300 juta USD.
Ada sesuatu yang menarik dari 3 korvet Nakhoda Ragam Class yang bersandar di Galangan Kapal Lursen Jerman. Rudal-rudal kapal perang itu, sudah tidak ada, hanya meninggalkan peluncur saja.
Salah satu peluncur yang menarik perhatian adalah torpedo Sting Ray launcher, anti-kapal selam.
Torpedo Sting Ray dan Spearfish merupakan senjata andalan Angkatan Laut Inggris. Tahun 2009 lalu, Menteri Pertahanan Inggris menandatangani kontrak seharga 615 juta USD dengan BAE Systems Insyte Inggris, untuk pengadaan dan perawatan torpedo Sting Ray dan Spearfish Royal Navy selama 10 tahun ke depan.
”It covers all aspects of support and maintenance, as well as Spearfish development and upgrade work”, ujar petinggi BAE Systems Insyte.


Torpedo Sting Ray Inggris

Sting Ray torpedo kelas ringan yang diinstal di kapal perang Inggris, helikopter Lynx dan Merlin, serta Pesawat Patroli Maritim Nimrod. Versi terbarunya adalah Sting Ray Mod 1.
Adapun Spearfish merupakan torpedo kelas berat dengan kecepatan 80 knot yang diinstal di seluruh kapal perang Inggris, termasuk: SSN Swiftsure, Trafalgar, Astute (attack boats class) dan SSBN Vanguard yang juga mengusung rudal nuklir.
Negara lain pengguna torpedo Sting Ray adalah Norwegia yang juga Anglo Saxon. Norwegia melengkapi kapal perang dan helikopternya dengan torpedo Sting Ray Mod 1. Norwegia memilih rudal ini karena memiliki kemampuan integrasi ke dalam platform sistem senjata permukaan dan udara dan Sting Ray dirancang untuk menghantam semua jenis kapal selam.
Selain Inggris dan Norwegia, Sting Ray juga digunakan oleh Angkatan Laut Thailand, karena dinilai cocok digunakan untuk laut yang dangkal.
Inggris menjualnya ke Brunei karena bagian negara persemakmuran dan membutuhkan pertahanan yang handal akibat teritori negara yang kecil dan tidak dianggap ancaman.


Sting Ray di Helicopter

Namun di tengah jalan, Inggris dan Brunei bersengketa tentang pembangunan 3 korvet tersebut. Pengadilan Arbitrase Internasional memenangkan gugatan Inggris, sehingga Brunei harus membayar 3 korvet yang telah dipesan.
Brunei membayarnya tapi tidak mau menggunakan korvet tersebut dengan cara menjualnya ke galangan kapal Lursen Jerman. Karena Brunei menolak membawa pulang Korvet Nakhoda Ragam Class, Inggris pun mencabut rudalnya.

Helikopter Merlin Tembakkan Sting Ray

Yang menjadi persoalan apakah Inggris mau menjual Sting Ray Mod 1 ke Indonesia ?. Kira-kira apa reaksi dari negara negara persemakmuran yang mengelilingi Indonesia seperti: Malaysia, Australia, Singapura dan Brunei Darussalam ?.
Semoga Inggris mau menjual Sting Ray ke Indonesia. Jika tidak, Indonesia terpaksa mencabut peluncur rudal tersebut.
Persoalan lain adalah, korvet ini belum pernah melakukan uji tembak rudal, baru sebatas sea trial. Brunei menggugat korvet tersebut, saat masih tahapan sea trial. Bagaimana jika rudal yang ditembakkan meleset. Siapa yang bertanggung jawab ?


Nakhoda Ragam Class di Lursen Jerman

Lursen Jerman menjual ketiga korvet dengan kondisi apa adanya, “kosongan”, tanpa rudal. Untuk itu pemerintah mengalokasikan 80 juta USD untuk repowering dan up-grade ketiga korvet Nakhda Ragam Class. Jika sudah diupgrade dan dipersenjatai, siapa pula yang bertanggung jawab, untuk membawa 3 korvet Nakhoda Ragam ke tanah air ? Welcome Nakhoda Ragam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar