Jakarta - PT Metro Batavia (Batavia Air) sudah berhenti
beroperasi sejak dini hari malam tadi pada pukul 00.00 WIB. Batavia Air
bukan satu-satunya yang pernah mengalami ini.
Masih segar di
ingatan kita, PT Mandala Airlines yang secara mengejutkan dijatuhi
putusan pailit dua tahun ke belakang. Padahal, maskapai penerbangan itu
sudah menjual tiket untuk keberangkatan mendatang.
Untungnya,
Mandala bisa terbang lagi setelah dibeli oleh Sandiaga Uno melalui PT
Saratoga Investment Group dan Tiger Airways. Maka dari itu, Mandal tidak
akan masuk dalam daftar di bawah ini.
Tidak hanya maskapai yang
ditutup karena pailit, ada juga yang ditutup gara-gara izinnya dicabut.
Seperti yang terjadi pada Adam Air yang pada 18 Maret 2008, izin
terbangnya atau Operation Specification dicabut Kementerian Perhubungan.
Berikut
ini adalah daftar maskapai penerbangan yang pernah menjelajahi wilayah
angkasa Indonesia. Kini, maskapai-maskapai penerbangan itu sudah
berhenti beroperasi.
Berikut ini hasil penelusuran detikFinance dari berbagai sumber, Kamis (31/1/2013).
Sempati Air
Didirikan pada Desember 1968 dengan nama PT Sempati Air
Transport, Sempati memulai penerbangan perdananya pada Maret 1969
menggunakan pesawat DC-3. Sempati awalnya hanya menawarkan jasa
transportasi bagi karyawan perusahaan minyak, namun setelah DC-3
tambahan serta Fokker F27 dibeli, Sempati memulai penerbangan berjadwal
ke Singapura, Kuala Lumpur dan Manila.
Nama perusahaan berubah
menjadi Sempati Air pada tahun 1996. Ketika krisis moneter 1998
menghantam Indonesia, Sempati Air terpaksa menjual atau mengembalikan
pesawatnya. Sempati Air berhenti beroperasi sejak 5 Juni 1998. Kode
IATAnya, SG, kini kode itu digunakan oleh maskapai penerbangan dari
India SpiceJet.
Adam Air
PT. Adam SkyConnection Airlines didirikan oleh Sandra Ang
dan Agung Laksono, yang juga menjabat sebagai Ketua DPR saat itu.
Maskapai ini mulai beroperasi pada 19 Desember 2003 dengan penerbangan
perdana ke Balikpapan.
Pada awal beroperasi Adam Air menggunakan
dua Boeing 737 sewaan. Setelah berbagai insiden dan kecelakaan yang
menimpa industri penerbangan Indonesia, pemerintah membuat pemeringkatan
atas maskapai-maskapai tersebut.
Dari hasil pemeringkatan yang
diumumkan pada 22 Maret 2007, Adam Air berada di peringkat III yang
berarti hanya memenuhi syarat minimal keselamatan dan masih ada beberapa
persyaratan yang belum dilaksanakan dan berpotensi mengurangi tingkat
keselamatan penerbangan.
Akibatnya Adam Air mendapat sanksi
administratif yang ditinjau ulang kembali setiap 3 bulan. Setelah tidak
ada perbaikan kinerja dalam waktu 3 bulan, Air Operator Certificate Adam
Air kemudian dibekukan.
Pada April 2007, PT Bhakti Investama Tbk
(BHIT) melalui anak perusahaannya Global Air Transport membeli 50%
saham Adam Air dari keluarga Sandra Ang dan Adam Suherman, namun setahun
kemudian pada 14 Maret 2008 menarik seluruh sahamnya karena merasa Adam
Air tidak melakukan perbaikan tingkat keselamatan serta tiadanya
transparansi.
Kegiatan operasional Adam Air kemudian dihentikan
sejak 17 Maret 2008 dan baru akan dilanjutkan jika ada investor baru
yang bersedia menalangi 50% saham yang ditarik Bhakti Investama
tersebut.
Pada 18 Maret 2008, izin terbang atau Operation
Specification Adam Air dicabut Kementerian Perhubungan melalui surat
bernomor AU/1724/DSKU/0862/2008. Isinya menyatakan bahwa Adam Air tidak
diizinkan lagi menerbangkan pesawatnya berlaku efektif mulai pukul 00.00
tanggal 19 Maret 2008.
Sedangkan AOC (Aircraft Operator
Certificate)nya juga ikut dicabut pada 19 Juni 2008, mengakhiri semua
operasi penerbangan Adam Air.
Buraq Indonesia
Buraq dalam agama Islam adalah nama seekor kuda bersayap.
Maskapai ini didirikan oleh J.A. Sumendap, putra asli Manado, demi
membuka prasarana perhubungan dan transportasi dari dan ke Kalimantan
pada akhir 1960-an.
Selama tiga dekade beroperasi, banyak suka
duka yang telah dialami Bouraq berbanding lurus dengan pertumbuhan
ekonomi Indonesia. Pada dekade 80-an, Bouraq makin melaju. Saat itu
Bouraq memiliki 4 (empat) pesawat Vicker Viscount (VC-843), 3 (tiga)
buah Casa NC-212 dan 16 (enambelas) BAE-748 seri 2A dan 2B.
Sampai
pada tahun 1997 Bouraq bahkan memiliki 10 (sepuluh) buah Hawker
Siddeley 748 dan 8 (delapan) B-737-200. Sayangnya, krisis ekonomi
menerpa Indonesia.
Bouraq akhirnya mengambil bermacam langkah
strategis agar mempu tetap bertahan, seperti penciutan armada, menutup
beberapa operasi jalur penerbangan yang dinilai kurang menguntungkan.
Krisis
ekonomi tidak berarti seluruh kegiatan operasional Bouraq terhenti sama
sekali. Segala upaya terus dilakukan manajemen Bouraq di bawah
kepemimpinan Danny Sumendap, putra dari J.A. Sumendap agar bisa bertahan
hidup.
Pada penghujung 2004 Bouraq Airlines telah berhenti
beroperasi karena kalah bersaing dengan operator penerbangan yang baru
yang bermunculan di awal masa reformasi.
Indonesia Airlines
PT Indonesian Airlines Aviapatria didirikan tahun 1999
dan mulai beroperasi Maret 2001. Pada September 1999, ia memperoleh izin
dari pemerintah Indonesia untuk melakukan penerbangan berjadwal di 46
rute.
Perusahaan ini dimiliki oleh investor perorangan (75%) dan
Rudy Setyopurnomo (25%), Presiden Direktur maskapai ini. Indonesian
Airlines menghentikan operasinya pada tahun 2003. Setelah itu kantor
pusatnya juga ditutup.
Rudy Setyopurnomo kemudian bekerja pada
Grup RGM Group yang mengoperasikan 4 pesawat kecil sebelum akhirnya
dipilih Menteri BUMN Dahlan Iskan untuk memimpin maskapai pelat merah,
PT Merpati Nusantara Airlines (MNA)
Maskapai ini pernah mengoperasikan 1 Boeing 727-200, 2 Boeing 737-300 dan 2 Boeing 747.
Linus Airways
Linus Airways adalah salah satu maskapai penerbangan
regional Indonesia. Maskapai ini pernah melayani beberapa kota di
Indonesia antar lain Pekanbaru, Medan, Semarang, Palembang, Batam dan
Bandung.
LINUS sendiri merupakan kependekan dari 'Lintasan
Nusantara'. Linus Airways yang berbadan hukum perseroan PT Linus Airways
sejak 1 Juni 2004 ini, baru mengantongi ijin terbang (Air Operator
Certificate/AOC) no 121-029 dari Kementerian Perhubungan 13 Februari
2008.
Dikarenakan alasan kesulitan likuiditas maka terpaksa
pemerintah secara resmi telah mencabut izin rute Linus Air, sehingga
menghentikan layanannya sejak 27 April 2009.