KEN juga menanggapi kenaikan tarif tenaga listrik.
Komite Ekonomi Nasional
(KEN) menyarankan pemerintah untuk mengambil opsi menghapuskan subsidi
bahan bakar minyak untuk kendaraan pribadi dibanding menaikkan harga
BBM.
Menurut Ketua KEN, Chairul Tanjung, subsidi BBM justru dinikmati kalangan yang mampu dan bukan masyarakat bawah.
"Filosofinya, subsidi BBM
harus diberikan kepada orang yang seharusnya menerima subsidi. Sekarang
ini, subsidi diberikan kepada orang yang tidak berhak," kata Chairul
saat ditemui di JCC Senayan, Jakarta, Senin 28 Januari 2013.
Orang-orang yang tidak
berhak, CT --sapaan Chairul Tanjung-- menambahkan, adalah orang-orang
kaya. Untuk itu, KEN menganjurkan adanya penghapusan subsidi BBM pada
mobil pribadi.
Menurut dia, selama ini,
sekitar 70 persen subsidi BBM dinikmati orang yang mampu. Tentunya, jika
pemangkasan subsidi itu dilakukan, pemerintah bisa mengalihkannya
kepada pengentasan kemiskinan. "Subsidi ini juga bisa dialihkan untuk
pembangunan infrastruktur," ujar CT.
Selain itu, KEN
menanggapi kenaikan tarif tenaga listrik yang berlaku sejak 1 Januari
2013. CT meminta agar pemerintah menghapuskan kenaikan tarif listrik
kepada industri padat karya.
"Menurut saya, keberpihakan itu harus dilakukan, terutama pada industri yang spesifik," kata dia.
Dia menegaskan, industri
dimaksud adalah yang menyerap tenaga kerja sangat banyak dan industri
substitusi impor yang juga menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
"Itu dilakukan untuk
meningkatkan penyerapan tenaga kerja dan kesejahteraan pegawainya. Jadi,
boleh keberpihakan dilakukan untuk itu," tutur CT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar